Jangan salahkan kopimu yang menjadi dingin, tapi salahkan dirimu sendiri yang mendiamkanya.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!
💠 :› 💠
Windu mengendarai motornya dengan cepat di jalanan yang padat. Tak memakai helm membuat nya harus benar-benar fokus pada jalanan, tetapi isak tangis di punggung dan cengraman kuat pada seragamnya membuat Windu menarik nafas panjang. Saat waktu melihat Ola yang berlari entah kenapa tanpa instruksi tubuhnya langsung pergi mengikuti, terlebih lagi saat cewek itu menangis memohon pada satpam untuk di izinkan keluar.
"Benar disini?" tanya Windu saat motornya berhenti di depan kantor polisi.
Cewek itu tak menjawab, melainkan langsung turun dan berlari pada cowok yang sepertinya sudah menunggunya sedari tadi.
Windu berjalan dengan pelan mendekati keduanya. Perasaannya semakin tak nyaman saat mendapati Ola memeluk cowok itu, sekalipun orang itu adalah teman dari Elang.
"Kenapa bisa hiks."
Kai mengelus punggung Ola yang bergetar hebat.
"Nyokap lo tertangkap karena penyalahgunaan narkoba."
Tubuh Ola menegak kaget. Ia menatap kai dengan mata sembabnya. "Mama?" tanyanya dengan suara serak.
"Ngga mungkin," lanjut nya masi dengan tangisan.
Kai menghela pelan. "Daiki ada di dalam. Saat di introgasi nyokap lo bilang kalau dia hanya menjadi pengedar bukan yang mengonsumsi, tapi nyokap lo tetap harus menjalani tes untuk membuktikan benar atau tidaknya."
"Bang El kemana?" tanya Ola melepaskan pelukan keduanya.
Kai menggeleng sebagai jawaban. "Dia ngga mau kesini sama sekali," ujarnya lesu.
"Tetangga lo telfon Elang dan ngasih tau kalau tante Lili di bawa polisi. Gue paham, Elang tengah terpukul dengan kenyataan yang dia terima dari mengetahui ibunya yang bekerja di cafe madam sampai mendapat kabar ini. Itu sebabnya gue dan Daiki yang kesini, " jelas Kai.
"Dan, maaf gue nyuruh lo kesini karena polisi meminta bertemu dengan keluarga tersangka. Lo tau kan gue ngga mungkin memaksa Elang?"
Ola memgangguk paham. Sedekat-dekatnya mereka bertiga. Elang tetap yang paling menyeramkan jika sudah marah. Ia pun mengakuinya.
"Lo masuk duluan. Gue ada perlu sebentar sama dia," ujar Kai mengedihkan kepalanya ke arah Windu yang sedari diam berdiri sedikit jauh dari keduanya.
Ola berdecak pelan. Ia menghapus sisa air mata di wajahnya. "Dia udah baik mau nganterin gue bang. Lo yakin mau marah sama dia?" tutur Ola dengan suara serak.
"Ini kantor polisi gue ngga mungkin ngehajar dia. Ya, walaupun memang ada keinginan besar di dalam diri gue untuk ngasih dia pelajaran sih," ucap Kai serius.
"Bang!" bentak Ola kesal.
"Ck, udah sana masuk!"
Ola berjalan dengan pasrah saat Kai mendorong tubuhnya untuk masuk ke dalam kantor polisi. Sebelum benar-benar masuk, dia menyempatkan diri menoleh sebentar melihat Kai dan Windu yang sekarang tengah saling berhadapan.
"Gede juga ya, nyali lo," sindir Kai.
"Lo tau betapa tidak nyamanya gue saat lihat lo datang tadi?"
"Gue juga ngga nyaman lihat lo pelukan sama Ola."
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [END]✓
Fiksi RemajaDua pejuang terkuat adalah kesabaran dan waktu. **** Banyak orang atau bahkan kalian sendiri pernah mengatakan bahwa luka akan sembuh seiring dengan berjalanya waktu, nyatanya waktu tak benar-benar berpengaruh dalam penyembuhan luka. Ada hal-hal ya...