Bagian 1 // geng Renoir

293 26 5
                                    

Ada orang-orang tertentu yang keberadaan nya menegaskan kehilangan, yang kedatangan nya memperjelas kepergian.


Jangan lupa vote dan coment<3

Di depan meja rias yang penuh dengan berbagai macam makeup itu, duduk seorang gadis berambut hitam sebahu yang tengah  memasangkan penjepit rambut berbentuk bunga mawar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan meja rias yang penuh dengan berbagai macam makeup itu, duduk seorang gadis berambut hitam sebahu yang tengah  memasangkan penjepit rambut berbentuk bunga mawar.

"Nah, sempurna," ucap nya tersenyum puas menatap pantulan dirinya di depan cermin.

"Mba anin jadi bawa bekal engga?" Tanya wanita yang mengenakan daster berdiri di ambang pintu kamarnya.

Gadis yang di panggil Anin itu menolehkan kepalanya. Berdiri dari duduknya dan mengambil tas sekolah yang tergeletak di atas kasur.

"Yang lain sudah berangkat mbok?" Tanya Anin yang berjalan beriringan dengan mbok Ina.

"Sudah mba. Ibu Ivi sama pak Surya kan udah berangkat dari pagi, kalau abang mu baru berangkat tadi," jelas mbok Ina. Keduanya berbicara dengan nada santai selayaknya sesama anggota keluarga. Mbok Ina sendiripun sudah bekerja cukup lama di rumah ini.

"Cih dasar abang laknat," gerutu Anin kesal. "Sudah di bilangin tadi malam kalau hari ini berangkat bareng, ini malah gue di tinggal," lanjutnya dengan wajah cemberut menuruni anak tangga.

"Abang kamu juga belum sempat sarapan, buru-buru banget kelihatannya," ucap mbok Ina.

Anin mengangguk singkat, ia menerima Tupperware yang mbok Ina berikan.

"Ingat loh ya mba, Tupperware nya di bawa pulang jangan sampai ketinggalan lagi," ucap mbok Ina tersenyum jahil.

Anin meringis pelan, teringat kembali kejadian beberapa hari lalu paska MOS. Di hari terakhir, ia membawa Tupperware milik ibunya yang malah dengan sengaja di tinggalkan di kolong meja kelasnya dan berakhir ibunya yang pecinta Tupperware itu marah besar padanya. Untungnya ada Ezra, teman abang nya itu yang mau menolongnya mengambilkan Tupperware dengan mendatangi sekolah di sore harinya.

Jangan tanya apa yang abangnya itu lakukan saat dirinya di marahi, sudah jelas jawaban nya, abang laknatnya itu malah dengan santai menonton perdebatan keduanya dengan duduk di sofa sembari memakan cemilan.


💠 :› 💠

Ola tersenyum menyapa teman-teman baru di kelasnya itu. Beberapa hari yang lalu, ia sudah resmi menjadi bagian dari murid SMA Cendrawasih dan sekarang ia berada di kelas X IPA 3.

"Pagi teman-teman," sapa sebuah suara bernada cerita di ambang pintu kelas.

"Selamat pagi Anindita," jawab murid-murid yang sudah berada di dalam kelas dengan ramah.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang