Bagian 41 // Perdebatan Batin

47 12 0
                                    

Cinta bisa lebih berbahaya dari pada yang kita pikirkan, mereka bisa mengorbankan dunia untuk melindungi orang yang di cintainya.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT ♥️

💠 :›  💠

"In serius kita ngga balik lagi ke sekolah?"

Windu berhenti di depan cafe saat Ola bertanya di belakang tubuhnya dengan menarik seragamnya. Tanpa membalikan tubuh, Windu menarik pergelangan tangan Ola memasuki cafe.

"Lo yakin masi mau balik ke sekolah, setelah semua kejadian ini? Belum lagi lo ngga ingat betapa brutalnya lo minta di izinkan keluar sama satpam?"

Ola terdiam membisu. Bibirnya mencebik menahan kesal. Ia duduk lesehan di depan salah satu meja pendek. Konsep cafe yang unik, tak ada kursi sama sekali. Pengunjung yang datang duduk lesehan di atas karpet berbulu halus. Ia baru pertama kali mengetahui ada cafe seperti ini di daerahnya.

"Jadi kita bolos gitu?" tanya Ola pada Windu yang duduk di depannya.

"Hmm."

"Eekooo."

Ola menyapu pandangannya ke sekeliling cafe. Matanya membelalak tak percaya melihat banyak pengunjung yang baru dia sadari tengah bermain dengan hewan berbulu yang mengemaskan. Bibirnya tersenyum lebar saat mendapati salah satu kucing orange jenis kampung yang berjalan mendekati mejanya.

"Sini!" Ola melambaikan tangan nya. Kucing itu menurut dan mendekat duduk di sebelahnya.

"Pintar," puji Ola mengelus kepala kucing orange itu dengan gemas.

"Eekooo."

"Iya-iya sebentar!" teriak sebuah suara dari dalam cafe.

Ola melempar pandang pada Windu yang terdiam sembari menatapnya.

"T-tadi dia ngomong, Ndu?" tanya Ola bingung.

"Oh, pantas ada pelanggan baru."

"Eko?" ujar Ola tanpa sadar menatap lelaki berkacamata dan memakai seragam nama cafe ini yang sudah ada di hadapan mereka.

"Tadi dia panggil mas?" tanyanya sekali lagi masi linglung.

Lelaki itu terkekeh dan ikut mengelus kucing orange yang kini tengah tiduran di samping Ola.

"Namanya Itzy," ujar lelaki itu tersenyum ramah.

"Itzy memang beda, saat kucing lain bilang meow. Dia malah panggil nama saya, benar-benar tidak sopan." jelas lelaki itu terkekeh pelan.

Eko pemilik cafe semakin tertawa melihat raut wajah lucu di muka pelanggannya.

"Dia ngga benar-benar panggil nama saya ko, hanya saja memang bagi orang  jawa tulen saat dia mengeow kedengeran seperti memanggil nama saya," jelasnya.

Ola mengerjap sadar. "Ah, iya-iya saya juga pernah denger suara kucing yang berbeda-beda. Hanya saja, yang ini benar-benar mengejutkan saya."

"Ngomong-ngomong kok namanya terdengar ngga asing ya?" tanya Ola mengernyit. Ia memindahkan tubuh itzy ke pangkuannya.

"Iya ini Itzy, itu anaknya yang lagi di mainin sama pelanggan lain."

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang