Bagian 49 // Kemarahan geng Deimos

34 9 4
                                    

Sunyi tidak lagi menjadi musuh, perasaan gundah itu tidak lagi singgah. Kilasan balik menjadi pembunuh paling nyata. Teriakan tanpa suara itu semerta-merta meronta. Tidak perlu sampai hilang, cukup menjadi tenang. Karena jiwa itu nyatanya sudah di inginkan untuk pulang.

⋆ ₊ ゚ ☽ * ₊ ⋆

Ingat banget nulis kata-kata itu pas pelajaran informatika. Gurunya jelasin, anak-anak lain ngobrol aku sibuk nulis. Nulis di buku bagian belakang, ngepenuhin sama kata-kata:))

5500 WORLD WANBUUUUUU(⁠✷⁠‿⁠✷⁠)
HAPPY READING!!
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ

💠:›💠

Geng Otakata yang semula mengisolasi diri mereka di ruang osis kini berjalan keluar dengan wajah serius. Terlebih ketua mereka yang tidak bisa menutupi wajah kemarahannya.

"Gue akan pergi cari Ola. Kalian tetap di sini dan baru pergi saat pulang sekolah. Nanti gue kabarin posisi gue jika sampai saat itu Ola masih belum ketemu," ucap Reynaldi sembari mengenakan hoodi warna green tea.

Anggota Otakata yang mengikuti di belakang, bahkan Yoga sekalipun kebingungan dengan ucapan ketua mereka.

"Maksud lo Ola hilang? Gimanah ceritanya?" tanya Kenzo cowok bermata sipit itu, yang mana saat dahinya mengerut matanya semakin tidak terlihat.

Rey berdecak pelan. "Gue ngga tau cerita pastinya. Yang gue dengar Ola pergi karena Windu dan adik dari Aby itu sempat bilang perjanjian gitu lah. Gue curiga ini ulah Renoir, bukan hanya Windu," jelasnya dengan wajah sanggar.

Arwan terkekeh sinis. "Apa perlu kita ke markas Renoir?!"

Reynaldi menggeleng cepat. "Tidak sekarang. Kita bisa datangi mereka kapan saja, yang terpenting gue harus keluar buat mencari Ola."

Anggota Otakata melirik lapangan yang ramai anak-anak bermain bola sepak. Bukan hanya di Cendrawasih yang tengah jam kosong, tapi di Sabana juga. Guru-guru tersebut sudah mengadakan rapat dari jam delapan pagi dan sekarang sudah mau jam sebelas siang.

"Apa kita tidak bolos bareng-bareng saja?" tanya Fahlefi. Cowok berbadan tinggi dan sedikit kurus itu benar-benar meragukan orang-orang yang melihatnya, bahwa dia jago berkelahi. Yang membuatnya dari smp selalu memimpin anak-anak cowok, tapi semenjak bertemu dengan Reynaldi dia merasa bahwa pengalaman belajar bela dirinya jadi sia-sia dan menyadari betapa nyatanya ungkapan, masi ada langit di atas langit. Mungkin itu juga berlaku bagi semua orang, bukan hanya dirinya.

"Ujian sebentar lagi. Gue ngga mau kalian dapat panggilan orang tua untuk sekarang. Jadi, pastikan kalian tetap berada di sekolah sampai gue memberi perintah," tandas Rey. Setelah mengatakan hal tersebut dia gegas berlari dengan cepat di lorong yang tidak terlalu ramai. Meninggalkan anggota Otakata yang menghela nafas panjang.

"Padahal gue juga mau bolos," ujar sebuah suara di antara keheningan itu.

Semua pasang mata memandang Yoga yang baru saja mengatakan hal tersebut.

"Gue suka lupa kalau lo juga anggota Otakata yang berkedok jadi anak pintar," ujar Aris meringis pelan.

Yoga memutar bola matanya jengah. Selalu seperti ini, mereka melebih-lebihkan tindakannya.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang