Bagian 45 // Luapan Emosi

40 10 5
                                    

Jangan memaksakan diri sendiri, kamu memang harus berusaha tapi, jangan berlebihan. Ada beberapa hal yang memang tidak bisa terwujud atau bahkan sampai dimiliki.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTლ⁠(⁠´⁠ ⁠❥⁠ ⁠'⁠ლ⁠)

💠:›💠

Motor hitam besar itu mengebut di jalan raya. Di balik helm full face nya terdapat wajah geram tak tertahan. Bengkel yang ramai orang datang pun terpaksa dia tinggalkan saat mendapat kabar tidak mengenakan. Di dalam hatinya dia terus bersumpah serapah dan berjanji akan menghabisi orang-orang yang berani melukai adiknya.

"Woy! Hati-hati!" teriak pengemudi mobil yang menyembulkan kepalanya dari kaca, saat motor besar Elang hendak menyerempet kendaraan beroda empat tersebut.

Elang tidak perduli. Ia terus melajukan motornya walau sudah tidak secepat tadi, terlebih saat berbelok ke arah komplek perumahan. Tatapannya semakin tajam saat melihat dua motor matic asing yang terparkir di depan gerbang rumah. Gegas Elang turun saat sudah tiba dan langsung masuk, dimana di teras terdapat empat orang tidak di kenal yang memasang wajah garang saat melihat kedatangan Elang. Keempatnya memakai jeans dan jaket kulit hitam.

"Ola." panggil Elang pada adiknya yang tengah di peluk tetangganya.

"Nak Elang," ujar tetangga Elang yang seumuran dengan ibunya. Elang menyalami tangan wanita itu.

"Makasih Tan, udah nemenin Ola," tutur Elang tersenyum singkat.

Wanita itu mengangguk sembari kedua tangannya mengelus punggung Ola.

Elang melihat keempat orang tersebut yang berdiri di depannya.

"Mereka nungguin di sini dari siang. Saya tanya ada apa, katanya ada perlu dengan orang rumah. Sampai Ola pulang sekolah dan saya lihat mereka memaksa Ola menandatangani sesuatu, jadi saya cepat kesini." Jelas tetangga Elang.

"Kalian siapa dan ada urusan apa kesini?!" tanya Elang dengan nada tidak ramah.

"Apa kamu anaknya Lili?" tanya salah satu dari keempat pria berwajah sanggar dan berewokan tersebut.

Elang mengangguk dengan wajah masi tidak ada ramah-ramahnya, terlebih saat dia menggenggam tangan kanan adiknya yang bergetar hebat.

Pria itu menyodorkan surat pada Elang. Di bacanya surat tersebut dengan mata membelalak lebar.

"Kalian dapat ini dari mana?!" tanya Elang emosi. Sedikit tidak percaya tapi nama yang tertera di surat itu adalah papanya. Surat tanah yang harusnya tersimpan dengan baik di dalam rumah, kini di pegang oleh orang tidak di kenal yang membawa surat pengalihan  kepemilikan tanah.

"SAYA TANYA KALIAN DAPAT SURAT INI DARI MANA HAH?!" teriak Elang hilang kesabaran.

"Ibu Lili mempunyai hutang pada bos kami dan dia menjadikan rumah ini sebagai jaminan, jika tidak bisa membayarnya," jawab orang yang memberikan surat pada Elang.

"Sekarang Ibu Lili di penjara, jadi bos menyuruh kita untuk mendatangi rumah dan menemui keluarganya untuk menandatangani surat ini sekaligus mengusir kalian dari rum-"

BUGH!

"BANGSAT!"

"MEMANGNYA KALIAN SIAPA, HAH! BERANI-BERANINYA MAU MENGUSIR KITA DARI RUMAH INI!"

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang