Bagian 27 // Anin dan pemahamannya

49 10 0
                                    


Ada beberapa orang yang tak dapat dipisahkan meski kau berusaha keras memisahkannya.


Playlist : Beautiful Time ~ NCT DREAM

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT NYA❤️

Anin tersenyum menatap ibunya, berbeda dengan Aby yang memperlihatkan raut wajah kesal. Diliriknya tuperwere berisi nuget yang berbentuk huruf di tangan Ola, lalu tatapanya beralih pada tote bag berisi toples ukuran sedang yang ada di tangannya.


"Ko aku ngga dapat nuget? Terus apa ini? Nastar?" Aby memutar bola matanya melihat isis tote bag itu. "Mama kira aku mau pulang ke kampung nenek apa, segala di kasih nastar," gerutunya dengan wajah cemberut.

Ivi menatap tajam anak lelakinya. "Kamu kan bisa makan nastar itu sama teman-teman kamu! Kalau kamu mau nuget ya, tinggal minta aja sama adik kamu!"

Tatapan wanita yang memiliki dua anak itu beralih, menatap putrinya masi dengan tatapan tajamnya.

"Jaga tuperwere nya! Jangan sampai pecah, hilang ataupun bahkan yang lebih horor kamu ninggalin di sana! Awas aja ya!"

Bibir Anin mencebik kesal. Entah sudah berapa kali dari awal keluar rumah, menjemput Ola bahkan perjalanan kesini. Ibunya terus saja mengingatkan dirinya tentang tuperwere ini. Lama-lama kayaknya Anin bakal punya dendan dan memasukan nama tuperwere ke dalam daftar musuh besarnya.

"Tuperwere terosssssss, yang di bahas," balas Anin kesal.

Ola terkekeh melihatnya. Ia tersenyum tulus pada wanita di depanya yang sudah memperlakukan dirinya dengan hangat. Terkadang akal sehat Ola berharap agar tante Ivi bisa menjadi ibunya saja, atau setidaknya ibunya Lili, bisa bersikap seperti itu pada dirinya. Kehangatan yang entah sudah sejak kapan tak lagi dirinya rasakan. Tapi, di relung hatinya yang sudah tertanam banyak luka itu, dia selalu bersyukur masi memiliki orang tua yang walau tidak perhatian dengannya, setidaknya dirinya tidak merasakan rasa sakit yang entah harus mengutarakannya seperti apa. Ya, rasa sakit tiada tara saat kamu kehilangan orang tua untuk selamanya.

"Mama Aby!"

Ivi mengalihkan pandanganya. Wanita itu tersenyum, sembari membalas lambaian tangan anggota Renoir yang sudah berkumpul di dekat bus pariwisata yang akan menjadi kendaraan mereka ke Bandung. Bus itu terparkir di depan rumah Ben, markas Renoir yang mana memiliki lahan luas di depanya. Dan, Ivi mengantarkan kedu anaknya sekaligus Ola hanya untuk memastikan mereka bertiga berangkat dengan aman.

"Gimanah kabarnya tante, udah lama ngga ketemu."

Ivi tersenyum pada Ezra yang menyalami tanganya di ikuti Windu yang tersenyum singkat.

Ibu kedua anak itu memukul pelan bahu Ezra. "Cemilan di rumah jadi menumpuk gara-gara kalian jarang main. Pasti udah punya pacar nih, ya, kalian berdua?"

"Loh kan pacar aku ada di hadapan tante," ujar Ezra sembari melirik Anin.

"Ngga usah ngarep lo taik! " umpat Aby.

Ivi terkekeh melihat tingkah teman anak-anaknya. Wanita itu menatap Windu yang hanya diam memperhatikan dengan salah satu tangan yang masuk ke dalam saku celananya.

"Ndu," panggilnya lembut.

"Ya, tante?"

Windu menatap wajah ibu temanya yang kini sudah ada di depanya, mengelus kepalanya lembut. Pikiran Windu berkelana, tatapan mata teduh itu bagaikan sihir yang mampu membuatnya nyaman dan teralihkan dari pikiran yang penuh dengan berbagai kekhawatiran.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang