Bagian 14 // memang apa salahnya?

67 17 0
                                    

Ketika seseorang membenci mu, itu bukan tanpa alasan, melainkan karena kamu mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, yang mereka tidak miliki.


Jangan lupa vote dan coment👌^^

Ola tertawa renyah melihat tingkah Yin dan Yang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ola tertawa renyah melihat tingkah Yin dan Yang. Pagi-pagi sekali Ola sudah bangun dan mengajak kedua kucingnya ke lahaman rumah untuk bermain di bunga-bunga yang dirinya tanam di halaman depan sembari menunggu matahari yang masi malu-malu muncul untuk berjemur.

Perhatian Ola teralihkan oleh suara mesin motor yang berhenti di depan gerbang rumahnya. Ola berlari kecil untuk membuka gerbang saat menyadari itu abangnya Elang.

Elang memarkirkan motornya saat Ola membuka gerbang. Berdiri di sisi motor besar Elang. Ola mengamati gestur tubuh abangnya yang terlihat lunglai. Mata Ola membelalak sempurna saat Elang membuka helm fullface nya dan memperlihatkan wajahnya yang lebam.

"Abang kenapa?"

Elang menepis tangan Ola kasar saat cewek itu hendak menyentuh pelipis nya yang lebam kebiruan.

Elang turun dari motor dengan wajah tanpa ekspresi. Ia berjalan dengan lemas dan hampir jatuh sebelum Ola lebih dulu memegang lengan Elang.

"Minggir!" seru Elang kasar mendorong Ola.

Ola meneguk ludah menatap abangnya. "Lo kenapa sih bang? Katanya ada tugas kampus tapi, kenapa lo pulang pagi dan dengan keadaan kaya gini? Lo minum-minuman ya?"

Elang mengurungkan niatnya saat hendak masuk ke dalam rumah. Ia menatap adiknya dengan tatapan tajam.

"Gue ngga minum-minuman asal lo tau itu dan gue mau, berhenti urusin urusan gue, Ola!" bentak Elang dengan wajah muak.

Tubuh Ola gemetar di buatnya. Ola menatap mata Elang dengan tatapan khawatir.

"Ada papa di dalam bang. Setidaknya biarin gue obatin luka lebam lo itu," cicit Ola dengan wajah menunduk.

Elang mendengus kesal. Ia hendak kembali berjalan masuk saat Ola menarik tangan kanannya.

"Gue mohon bang."

Elang menatap Ola yang menunduk enggan melihat wajahnya dengan kedua tangan cewek itu yang masi menahan tangannya.

Mata Ola memanas di bawah sana. "Gue mohon," ulang Ola dengan suara yang mulai terdengar serak. "Jangan biarin papa atau mama lihat keadaan lo yang kaya gini. Lo kebanggaan mereka. Cukup gue yang ngerasain luka karena kekurangan gue. Dimata mereka lo sosok sempurna dan akan seterusnya seperti itu."

Rahang Elang mengeras dengan lengan yang terkepal kuat.

"Gue ngga perduli. Lepas!" bentak Elang menepis tangan Ola dan masuk ke dalam rumah tanpa menoleh sedikitpun pada adiknya.

Rintik air mata jatuh ke lantai berwarna oranye itu. Ola mengigit bibir bawah, berusia menahan gejolak di dada yang menyesakkan.

Di sisi lain. Elang duduk termenung di tepi kasurnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin lemari.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang