Bagian 46 // Tak Lagi Sama

30 9 1
                                    

Aku akan terus menyukaimu, tapi kamu tak perlu begitu. Maksudku, kamu tak perlu merasa terbebani dengan kebohongan yang memaksa untuk menyukaiku.

💠:›💠

Siang hari yang panas dan ramainya kantor polisi, tak membuat kedua kakak beradik itu mengurungkan niatnya untuk berkunjung. Elang menggenggam tangan mungil Ola yang sedari tadi menundukkan kepalanya. Bel masuk setelah istirahat kedua baru saja berbunyi dan jam pulang sekolah masi beberapa jam lagi, tetapi Elang sudah menjemputnya saat jam pelajaran tengah berlangsung dan meminta izin akan membawa Ola karena ada urusan keluarga.

Di tatapnya punggung kekar kakaknya yang berjalan di depan. Keduanya sudah masuk ke dalam kantor polisi. Ola mengamati dengan diam saat kakaknya berbicara dengan polisi dan menyuruh keduanya menunggu.

Elang tidak banyak bicara. Ia melirik Ola yang duduk di sisinya sesaat sebelum memfokuskan tatapan pada ibunya yang datang dengan polisi wanita. Keadaan ibunya semakin memprihatinkan. Kantung mata yang menghitam, serta tubuh yang banyak kehilangan berat badan dari terakhir dia lihat. Segera Elang tepis dan pendam perasaan sedih dan sakit melihat keadaan ibunya yang seperti ini. Bukan maksud untuk durhaka, hanya saja Elang sekarang ingin memprioritaskan adiknya. Ia tidak mau jika sampai orang-orang brengsek itu mencelakai Ola.

"Elang. Anak mama. Mama kangen sama kamu nak," tutur ibu Lili dengan suara serak. Wanita yang mengenakan baju narapidana itu hendak memeluk Elang, tetapi anak pertamanya itu malah menghindar.

"Apa papa tau mama menjadikan rumah sebagai jaminan?" tanya Elang sembari duduk di sisi adiknya.

Sedih mendapat penolakan untuk kesekian kalinya dari anak yang paling di sayanginya, terlebih suara datar dan tatapan dingin Elang benar-benar hukuman yang lebih menyakitkan dari pada di penjara.

"JAWAB AKU MA!" teriak Elang. Ola sempat terkejut untuk beberapa saat. Ia memegang lengan Elang, berusaha mengingatkan untuk tidak sepatutnya dia bersikap seperti itu.

"Ah, jadi mereka sudah datang dan mau menyita rumah?!" monolog ibu Lili dengan desisan pelan.

"Papa kamu tidak tau sama sekali," jawab ibu Lili setelahnya dengan santai sembari duduk di hadapan kedua anaknya. Kedua tangannya terlipat di depan dada seakan hal tersebut bukan masalah besar.

Darah Elang mendidih. "MAMA TAU APA YANG ORANG-ORANG ITU LAKUKAN PADA OLA SAAT DATANG KE RUMAH?!"

Ibu Lili menatap penasaran pada Ola yang menunduk tak berani menatapnya.

Ingin rasanya Elang mengungkapkan semua pada ibunya tersebut, tapi entah kenapa rasanya sangat muak dan menyakitkan setiap kali ibunya menatap Ola dengan tatapan datar. Tidak ada rasa kasih sayang.

"Mama kecewa sama kamu Lang," ujar ibu Lili tiba-tiba dengan sendu sendu.

"Setelah apa yang selama ini mama lakukan buat kamu. Memperlakukan kamu dengan baik dan sangat menyayangi kamu, tapi apakah begini cara kamu membalas kebaikan mama dengan sifat kurang ajar kamu?"

Hening menguasai ruangan. Ola yang mendengar hal tersebut merasakan sakit di hatinya.

"Semua ini karena penyakit yang Ola derita. Awal dari kehancuran keluarga kita adalah adik kamu."

Mata Ola panas, hatinya sakit dan tubuhnya bergetar harus mendengar hal tersebut.

Elang menatap tidak percaya atas apa yang baru saja ibunya ucapkan.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang