Padahal perasaan ini ingin di hargai sedikit saja keberadaan nya.
Playlists : Countdown (3,2,1) ~ NCT Dream.JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT<3
°∆°
Rombongan motor memasuki area parkir SMA Cendrawasih pada pagi ini. Sebenarnya bukan hal baru bagi mereka semua melihat geng Renoir yang datang berbarengan. Tapi, yang membuat mereka heran, tak lain adalah jaket abu-abu yang mereka kenakan. Bahkan anggota kelas X yang belum lama gabung pun, sekarang sudah mempunyai jaket resmi geng mereka. Agam melepas helm fullface nya. Ia menatap anggota nya yang tengah menyebar mencari tempat parkir yang pas. Ada perasaan bangga melihat Renoir yang sekarang semakin memiliki banyak anggota, tak hanya dirinya dan Ben saja.
Semalam Agam memang sengaja menyuruh anggota Renoir untuk berkumpul lebih dulu di warnet depan sekolah mereka. Hal tersebut di lakukan untuk membagikan jaket Renoir pada anggota baru.
Oliver yang memarkirkan motornya di sebelah Agam terkekeh pelan tanpa sebab. "Makin banyak anak, semakin banyak rezeki," celetuknya.
Pandangan geng Renoir tak terkecuali Agam menatap ke depan gerbang saat sebuah motor berhenti di sana.
"Siapa? Reynaldi kah?!" tanya Ben dengan nada tidak suka. Mereka melihat cewek dengan rambut tergerai sepunggung yang tertutupi tas berwarna oranye, turun dari motor besar berwarna hitam.
"Gue rasa bukan," jawab Aby yang tengah memfokuskan pandangannya pada sang pengendara, berharap bisa mengenalinya. Jarak tempat parkir dan gerbang memang tidak terlalu jauh, tetapi area parkir SMA Cendrawasih memang lebar yang membuat Aby memicingkan matanya karena jarak motornya yang lumayan jauh.
Di tempatnya berdiri. Ola menatap orang di depanya yang masi duduk di motornya dengan raut cemberut. Dengan kesal, sekali lagi Ola mendorong lengan orang itu agar gegas pergi dari sekolah nya. Karena Ola tau orang yang mengantarkannya ke sekolah dengan helm fullface, jaket kulit hitam, dan ransel besar di punggung nya itu jelas sangat mencolok di kalangan pelajar. Dan Ola berani jamin, para siswi haus cogan yang melihat, akan penasaran setengah mati mengenai wajah di balik helm tersebut. Biasalah, korban haluan dunia fiksi.
"Ck, buruan sana pergi!' usir Ola dengan nada kesal tapi, tetap dengan suara normal.
Mata Ola membelalak saat orang itu hendak membuka kaca gelap helm nya. Ia menepuk keras lengannya dan mengetuk dua kali kaca helm orang itu.
"Pergi!" bentak Ola yang sudah tak bisa lagi menahan kekesalannya.
Orang itu mengacak-acak kecil rambut Ola lalu, mengangguk bersiap pergi setelah puas memandang wajah marah Ola yang mengemaskan. Sebelum meninggalkan area Cendrawasih, di balik helm nya. Ia tersenyum misterius dengan tatapan lurus dan tajam pada salah satu anggota Renoir yang tengah menatap nya juga.
Ola menarik nafas dalam sebelum berbalik dan memasang wajah datar pada orang-orang yang tengah melihatnya. Saat Ola sudah berjalan di lorong utama, secara bersamaan anggota Renoir berjalan di belakang Ola yang semakin membuat cewek itu tidak nyaman.
"Hei."
"Astaga!"
Ola bereaksi berlebihan saat seseorang memegang pundaknya dari belakang. Ia memegangi dadanya dan menatap orang di samping nya, masi dengan wajah terkejut.
"Eh, sorry-sorry gue ngga bermaksud buat lo terkejut," ucapnya menggaruk belakang lehernya merasa bersalah.
Ola hanya tersenyum singkat dan kembali melanjutkan jalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [END]✓
أدب المراهقينDua pejuang terkuat adalah kesabaran dan waktu. **** Banyak orang atau bahkan kalian sendiri pernah mengatakan bahwa luka akan sembuh seiring dengan berjalanya waktu, nyatanya waktu tak benar-benar berpengaruh dalam penyembuhan luka. Ada hal-hal ya...