Bagian 7 // SMA Sabana

90 17 1
                                    


Selama kamu tidak memaafkan masa lalumu, kamu akan terus menyakiti siapapun yang datang mencintaimu.

Jangan lupa vote dan coment🍃

Jangan lupa vote dan coment🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Di area lapangan upacara yang lebar itu, seorang siswa tengah berlari menjalankan hukuman di bawah paparan sinar matahari. Dengan pelu keringat yang terus menetes dan seragam yang ia lepas menyisakan tshirt putihnya yang melekat membentuk tubuhnya itu, ia terus berlari tanpa memperdulikan siswi-siswi yang menonton dari pinggir lapangan.

"Gue curiga kalau pak Taryono itu punya dendam kesumat sama Reynaldi," kata cowok bermata sipit dengan kulit putih dan rambut yang tertata rapi itu, menyebutkan nama salah guru BK di SMA Sabana.

"Ck, udah ayo turun kasian tuh anak," ujar Arwan menepuk bahu Kenzo. Mereka turun dari lantai dua dan berjalan ke arah lapangan.

"Semangat bos larinya!" Teriak Aris menyemangati. Cowok itu dan kelima temannya yang juga anggota geng Otakata sudah sedari tadi berada di pinggir lapangan, duduk di bawah pohon yang cukup rindang.

SMA Sabana memang tengah jam kosong karena guru-guru mengadakan rapat dadakan yang sialnya, bagi seorang Reynaldi karena ia tetap di hukum akibat datang terlambat.

Arwan dan Kenzo ikut bergabung duduk di dekat mereka. Di putaran yang ke 15 Reynaldi berhenti dan menumpukan tangannya pada kedua lutut sembari mengatur nafas yang terengah-engah.

"Thanks," ujar Rey saat Arwan melemparkan botol air minum dingin kepada nya.

Reynaldi menegak habis minuman tersebut lalu, ia mengedihkan kepalanya. "Kantin," ujarnya pada anggota Otakata sembari mengambil seragamnya sebelum beranjak pergi.

Setibanya di kantin Rey memesan makanan dan duduk menatap teman-teman yang balik menatapnya penuh tanda tanya.

Arwan selaku wakil dari geng Otakata mengetuk keras kepala Rey.

"Ini otak isinya apa si hah?!" Kata Arwan dengan gemas.

"Baku hantam," jawab Rey spontan.

"Sekali lagi lo pukul kepala gue, wajah lo yang gue beri ciuman dari kepalan tangan ini," lanjutnya memperlihatkan kepalan tangannya pada Arwan.

Arwan mendengus pelan. "Lagian lo nyuruh kita berangkat pagi-pagi tapi, malah lo nya sendiri yang datang terlambat."

"Benar tuh," sahut Kenzo menatap wajah Rey dengan serius.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang