Orang berlaku dengan dua cara saat terluka. Yang pertama, orang yang menyembunyikan lukanya hingga meradang dan yang kedua, orang yang menunjukan lukanya dan bertumbuh bak pohon.
💠:›💠
"Pegangan La," pinta Daiki pada Ola yang berada di belakang.
Di belakangnya lagi Marcelo dan Arata mengayuh sepedanya dengan cepat, yang mana sekarang berhasil menyamai kecepatan Daiki. Wajar saja, sepeda yang di kendarai Marcelo dan Arata adalah sepeda dengan dua orang yang mengayuh sepedanya, berbeda dengan Daiki yang membawa sepeda biasa karena tidak ingin Ola kelelahan. Karena sekarang mereka tengah balapan sepeda memutari komplek perumahan Elang.
"Hayo loh kena!"
"Ahhhhhh!" teriak Ola panik sekaligus geli saat Arata menggelitik salah satu sisi pinggangnya.
Daiki semakin memacu sepedanya. Sore menjelang magrib. Jalanan komplek sepi karena orang-orang sudah masuk ke dalam rumah masing-masing yang mana membuat mereka leluasa di jalan ini.
Hari ini bengkel tutup. Semuanya berkumpul di rumah Elang atas perintahnya. Alasannya simpel, Elang sekarang tidak ada di rumah dengan Kai dan Felix. Mereka membagi kelompok, ada yang menjaga Ola dan lainya pergi menemui orang-orang yang sudah berani macam-macam dengan Ola. Jelas saja fakta tersebut tidak di ketahui Ola, karena yang dia tau bahwa Felix meminta tolong Elang menemui pihak Gereja yang biasa cowok itu datangi.
Daiki harap Elang berhasil menemukan tempat orang-orang tersebut dan membuat mereka tidak lagi datang kesini. Untuk urusan membayar hutang Elang berencana akan menyicilnya sedikit demi sedikit. Sebenarnya Elang bisa saja ikut balapan lagi dan membayar semuanya dengan lunas tapi, Ola melarangnya dan cowok itu jelas menuruti apa yang adiknya pinta karena keduanya hanya bergantung satu sama lain sekarang.
Kedua sepeda itu memasuki blok rumah Elang. Daiki menurunkan kecepatan sepedanya saat mendapati seseorang yang sudah menunggu di depan gerbang rumah.
Baik Daiki maupun Marcelo mengerem tepat di samping motor besar itu. Ola menghentikan tawanya saat membuka kedua mata dan mendapati Windu yang melihat ke arahnya dengan serius.
Ola gegas turun dari boncengan Daiki tapi, cowok itu kembali menariknya dan menepatkan Ola berdiri di belakang tubuh kekarnya.
"Siapa lo dan ada keperluan apa kesini?" tanya Daiki tidak ada ramah-ramahnya. Begitupun dengan wajah kedua teman Elang lainnya yang sudah memasang wajah garang.
"Renoir?" ucap Marcelo membaca bordiran kecil di dada kanan jaket yang Windu kenakan.
"Pernah denger lo?" tanya Araya saat dahi temanya itu mengerut dalam.
Marcelo menggeleng berlebihan. "Nggak! Ngga ada nama seperti ini di jalanan," jelasnya yang mengarah pada nama geng-geng motor yang suka balapan liar.
"Pake seragam sekolah njing!" ujar Arata tertawa meledek saat sadar Windu masi mengenakan seragam di balik jaket.
"Geng anak kecil yang masi suka berlindung sama orang tua mereka," timpal Marcelo yang ikut tertawa meledek.
Windu menatap keduanya tidak suka. Ia hendak berjalan ke arah kedua orang itu sebelum tangan Daiki menarik jaketnya.
"Mau sok jadi jagoan lo?!" hardik Daiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [END]✓
Fiksi RemajaDua pejuang terkuat adalah kesabaran dan waktu. **** Banyak orang atau bahkan kalian sendiri pernah mengatakan bahwa luka akan sembuh seiring dengan berjalanya waktu, nyatanya waktu tak benar-benar berpengaruh dalam penyembuhan luka. Ada hal-hal ya...