Kadang musuh terdekat adalah diri sendiri, berjarak antara logika dan hati.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT ♥️💠 :› 💠
Kesepuluh cowok itu tengah duduk di bawah bayangan pohon yang ada di pinggir lapangan. Cuaca tidak terlalu terik, mungkin karena musim penghujan akan datang. Alih-alih untuk pergi ke kantin saat istirahat. Geng Otakata malah memilih berkumpul di lapangan, itu semua karena permintaan Kenzo yang ingin membicarakan sesuatu dan tidak ingin jika ada orang lain yang menguping pembicaraan mereka.
"Jadi ada hal penting apa gerangan sampai membuat pertemuan darurat seperti ini?" tanya Arwan dengan nada bicara formal.
"Lo ngga tau ada anak sibuk yang tengah mempersiapkan olimpiade final?" ujar Dana mengedihkan kepalanya ke samping dimana Yoga duduk dengan pandangan dia bagi-bagi antara membaca rumus di ponselnya dan pertemuan mereka.
"Ini gawat lo pada harus tau, kalau semalam gue hampir habis di tangan seseorang," ujar Kenzo berbicara dengan dramatis sampai membuat mata sipitnya semakin menghilang.
"Siapa? tanya Aris.
Rey duduk sembari memainkan rambutnya memilih mendengarkan.
"Lo pada inget cowok yang kita hajar waktu itu?"
Savian menoleh kanan kirinya. "Memangnya selama ini kita pernah ngehajar cewe?" tanyanya dengan polos yang membuat tangan Kenzo gatal dan memukul pelan kepalanya.
"Gue dan Rey baru saja selesai hafalan sejarah, jadi bisa ngga sih, lo langsung cerita aja," tutur Arwan yang memyenderkan kepalanya di bahu Fahlefi. Masi tersisa rasa pening dari pelajaran tadi.
Kenzo menghela pelan. "Maksud gue, cowok bertubuh gempal yang kita hajar pas berantem sama tante-tante yang kita selamatin."
Kedua Alis Reynaldi mengerut dalam. "Lo ketemu dia lagi?" tanyanya.
"Ternyata ya. Astaga lo pada harus tau!!" ucap Kenzo sambil berusaha melotot.
"APA SIH! APA ANJIRR!!" bentak Aris gemas.
Kenzo terkekeh pelan meliahat raut marah di wajah teman-temanya. Ia menarik nafas panjang sebelum merubah raut wajahnya menjadi serius.
"Setelah pulang dari rumah Rey semalan. Gue di minta untuk menemani paman gue bertemu dengan temanya di cafe. Awalnya biasa aja paman ngobrol sama temannya, sampai teman dari temannya paman gue datang, disitu di mulainya masalah."
"Ternyata orang itu adalah cowok bertubuh gempal yang waktu itu!!"
Kesembilan anggota Otakata semakin serius mendengarkan cerita Kenzo. Yoga pun sampai memilih mamasukan ponselnya ke kantong dan berniat belajar nanti saja di kelas.
Nafas Kenzo semakin memburu saat menceritakan apa yang terjadi semalam.
Cowok yang mengenakan topi hitam dan t-shirt hitam polos di padukan dengan kemeja kotak-kotak yang tak di kancing, duduk dengan wajah bosan di samping pamanya yang tengah tertawa mendengar cerita temanya.
"Udah nunggu lama?" tanya sebuah suara di belakang tubuh Kenzo.
"Ah, ngga juga ko," jawab teman paman Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [END]✓
Fiksi RemajaDua pejuang terkuat adalah kesabaran dan waktu. **** Banyak orang atau bahkan kalian sendiri pernah mengatakan bahwa luka akan sembuh seiring dengan berjalanya waktu, nyatanya waktu tak benar-benar berpengaruh dalam penyembuhan luka. Ada hal-hal ya...