Bagian 42 // Berubah

55 9 0
                                    

Jangan terus mengingat nya, Kamu tahu itu bukan balas dendam. Kamu hanya belum bisa melepaskannya.

💠 :› 💠

"Agam beneran ngga datang?" tanya Radit pada anggota Renoir yang sudah berkumpul.

Ben berdeham pelan, sembari melakukan peregangan kecil pada jari-jari dan juga lehernya.

"Dia harus ikut bokapnya bertemu dengan orang yang akan menemani dia selama kuliah di luar negeri nanti," jelas Ben.

"Gue kira orang seperti bos, hidupnya enak. Eh, ternyata gue nya aja yang kurang mensyukuri hidup gue saat ini," ujar Kenzo yang mendengarkan. Cowok itu sudah memakai seragam taekwondo nya dan bersiap-siap melawan wakil geng Renoir.

Sore hari setelah pulang sekolah. Mereka memilih berkumpul di tempat latihan taekwondo yang biasa mereka datangi. Suasana sekolah yang berbeda membuat mereka tak nyaman, bahkan hanya sekedar untuk nongkrong di warnet depan sekolah seperti yang biasa mereka lakukan setiap pulang sekolah, pun tidak bisa. Lebih tepatnya, tidak nyaman.

Anak-anak SMA Cendrawasih masi bergosip mengenai hal yang baru terjadi. Seperti terungkap nya pekerjaan ibu Ola, pertikaian Anin dan Geng Peanut. Bahkan entah sejak kapan kedekatan Windu dan Ola semakin tersorot. Membuat siswi-siswi semakin menggila bergosip sana sini dengan menambahkan bumbu dan spekulasi dari pemikiran mereka sendiri, yang mana menjadi semakin buruk karena dari sekian banyak cerita yang di pandang jelek hanya Ola.

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan adik lo?" tanya Rafael penasaran. Aby yang biasanya banyak tingkah bahkan terkadang tak pernah kehabisan energi hanya untuk mengeluarkan omong kosong tak jelas pun, menjadi pasif. Selayaknya melihat keseharian Windu di geng yang tak banyak bicara.

Terdengar helaan nafas panjang dari Aby. Wajahnya tertekuk lemas. "Dia semakin kacau dan terus menyalahkan diri sendiri gara-gara tadi pagi Ola tidak berangkat sekolah."

"Gue mau berada di dekatnya, tapi dia menolak." Aby menjeda ucapannya. Ia mendongak mengedarkan pandangannya menatap anggota geng Renoir. "Anin marah sama gue. Katanya, seandainya Renoir tidak mendekati dia, pasti Stella dan teman-temanya pun tak akan pernah melakukan hal ini pada Ola," lanjutnya.

Hening. Di ruangan yang kedap suara itu, mereka hanyut dalam pikiran masing-masing. Mempertanyakan apakah ini memang benar atau salah? Memang selama ini mereka hanya mengikuti alur tanpa memikirkan konsekuensi apa yang akan terjadi pada orang tersebut.

"Lohhh. Ini kalian semua kenapa? Ada yang berantem?" Tanya sebuah suara menginterupsi mereka.

"Ah, pelatih. Maaf kita tidak tau kedatangan pelatih." Ben sontak berdiri menghampiri lelaki yang juga memakai seragam taekwondo tersebut dan menyalaminya.

"Hari ini saya ada waktu. Jadi saya akan melihat perkembangan kalian," ujar sang pelatih menyapu pandangan pada anggota Renoir.

"Sekali lagi saya tanya. Apakah kalian berantem?" Tanya pelatih taekwondo dengan tatapan tajam. Karena bukan hal yang wajar keadaan Renoir seperti ini. Bahkan jika dirinya mengetahui Renoir tawuran dan ada masalah dengan sekolah lain tak sampai sesenyap ini. Seakan hal yang tengah terjadi bukan masalah biasa yang sampai membuat mereka semua memikirkan hal tersebut.

Radit berdiri dari duduknya, mengabaikan pelatih dan wakil Renoir yang menatapnya. Wajah Radit tanpa ekspresi saat berjalan ke tempat duduk Aby yang ada di seberang. Dengan tegas tanpa memperdulikan tatapan anggota lain terutama pelatih, cowok bertubuh tegap itu menarik seragam taekwondo Aby. Memaksa cowok yang tengah melamun itu bangkit dari duduknya.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang