Selection

2.3K 312 31
                                    

Seulgi, Joy dan Wendy berlari dengan wajah panik. Menerobos gerombolan pria yang memenuhi lorong panjang rumah sakit.

"Ma'am!" Ketiganya berhenti mendadak dan melayangkan gerakan hormatnya serempak saat mendapati Jessi—kepala yang menggantikan Genie Hiddleson, berdiri tepat di depan pintu kamar rawat bersama Genie dan dua pria lainnya—hanya Jullian dan Suga yang tak ada disana sedangkan Jack dan Justin berada di dalam ruang rawat. "Sir!" Berganti memberikan hormat pada Genie, ketiga perempuan itu bersiap melangkah memasuki ruang rawat.

"Biarkan mereka beristirahat." Chistian menahan langkah ketiganya. "Kondisinya sudah stabil. Mereka sudah ditangani oleh Dokter terbaik." Lanjut Christian mencoba menengkan ketiga perempuan yang masih terlihat gusar di tempatnya.

"Bagaimana kejadiannya?" Tanya Seulgi.

"Mereka ada dua." Jawaban Chirstian menghasilkan suara terkesiap yang kompak. "Yang kabur ternyata sembilan. Katie salah mengenali orang kemarin. Dan kamipun sama bodohnya karena tak teliti." Seulgi terduduk lemas di kursi yang ada di dekat pintu ruang rawat. "Mereka kembar. Dan orang yang berniat mencelakai Katie kemarin adalah orang yang tak diperkenalkan mereka ke publik. Pria itu bekerja dari belakang layar."

"Bagaimana aku bisa melewatkannya?" Seulgi berujar lirih, tangannya terangkat dan menarik rambutnya frustasi.

"Bukan hanya kau. Kami juga terkecoh." Monie menambah kalimat penenang lainnya. "Irene dan Katie sudah baik-baik saja. Tadi kondisi Katie memang sempat menurun, tetapi Dokter yang menanganinya adalah Dokter terbaik. Jadi Katie bisa melewatinya."

"Siapa yang tertusuk dan siapa yang tertembak?" Joy yang melayangkan tanya. "Irene tertembak di kakinya."

"Katie yang tertusuk?" Ujar Wendy tak percaya. "Bagaimana mungkin perempuan seperti Katie tertusuk. Rasanya sungguh mustahil!" Elaknya berusaha menyangkal.

"Tetapi kenyataannya memang seperti itu. Orang itu menyerang dari sisi ambulance yang tak telihat jika dari depan atau belakang. Pisaunya tak berhasil melukai organ dalamnya, tetapi karena pisau yang digunakan berkarat dan tumpul, virus dan bakteri lebih aktif. Karena itu Katie sempat mengalami penurunan saat operasi." Jelas Monie.

"Mereka benar-benar baik-baik saja?" Tanya Seulgi sekali lagi. Suaranya mulai bergetar lirih. Rasa menyakitkan bernama penyesalan mulai menggerogotinya. "It's not your fault Miss Kang. Tidak ada yang bisa memprediksi ini. Tak ada catatan tentang si pria yang lain ini." Jessi bersuara, menepuk salah satu agent terbaik milik FBI dengan tegas. "Hanya jadikan pelajaran."

Wendy ikut duduk di sisi Seulgi, membawa perempuan yang masih menunduk dalam itu kedalam dekapan sampingnya. Menepuk perlahan penuh kelembutan bahu si perempuan.

"Lalu bagaimana dengan bedebah itu?" Tanya Joy. "Di bersihkan." Jawab Monie singkat.

"Jika perlu ditambahkan, Justin sudah melakukan pembersihan secara menyeluruh. Pada orang-orang yang memiliki daftar hitam dan memiliki kemungkinan." Ujar Genie tiba-tiba. Pria yang sejak tadi hanya memperhatikan itu akhirnya bersuara. Rasa bersalah juga bersarang di benaknya, apalagi saat maniknya melihat raut Justin dan Jack yang sudah tak bisa digambarkan tadi. Rasa bersalah itu kian besar.

"Jadi jangan khawatir. Ini akan menjadi yang terakhir kalinya." Sambung Christian.

Lalu suara teriakan serta lemparan barang dari dalam ruang rawat Irene dan Katie berhasil menarik seluruh atensi manusia-manusia yang bergerombol di lorong—Genie and the genk, Joy and the genk, Jessi, dan para pengawal.

Dengan tergesa Christian yang berdiri paling dekat dengan knop pintu memdorongnya hingga terbuka dengan cepat.

"Siapa kau berani mengaturku!" Dan gerombolan manusia itu di sajikan dengan Katie yang berdiri dengan raut marahnya—jangan lupakan wajah pucatnya, bersebrangan dengan Justin yang menatap dingin lawannya. Berbeda dengan ranjang di depan Katie yang isi oleh Irene—dengan Jack duduk disampingnya, memandangi kedua sejoli manusia itu dengan binar tertarik.

end | G E N I U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang