The Day

2.1K 288 51
                                    

Setelah berhenti selama 1 jam di Florida—Tempat Nenek Justin berada, keduanya kembali melanjutkan penerbangan menuju Washington DC. Tak bisa berlama-lama di Florida, Justin harus membawa Katie pulang tepat waktu untuk melakukan konferensi pers. Desakan dari keluarga Renner membuat Justin tak mungkin egois, Grandmanya juga mengerti karena ia berasal dari tempat yang sama. Mengenai pertemuan Katie dengan Nenek Justin berjalan amat sangat lancar. Tak ada adegan tolak—menolak yang dilancarkan Virginia George, perempuan paruh baya itu malah menyambut Katie dengan amat suka cita. Mengusulkan agar Justin segera melakukan pesta penikahan. Entah keberuntungan atau memang Neneknya se-santai itu, perempuan paruh baya itu tak marah atau tersinggung mengenai pernikahan kilat yang di lakukan si cucu. Virginia hanya mendesak agar keduanya sesegera mungkin melakukan pesta pernikahan, bahkan si Nenek mengusulkan agar pesta keduanya di buat bersamaan dengan Kakaknya—Jack Renner.

"Katie." Keduanya baru saja sampai di ruang belakang aula utama perusahaan Justin—diusulkan oleh Jack. Disana sudah berdiri Irene dan Jack dengan pakaian yang formal. Si perempuan pasangan Jack mendekat dengan langkah cepat ke arah Katie yang masih di peluki pinggangnya oleh lengan panjang Justin.

"Irene." Baru melepaskan tangannya setelah kedua perempuan itu saling berhadapan, Justin mundur dan memberikan keduanya waktu. Setelah 2 minggu terlewati hanya dengan menghindar, Justin ingin memberikan Katie kesempatan untuk berbincang dengan Irene.

Baru saja mundur 4 langkah, Jack menghampirinya dan menepuk bahu si pewaris keluarga George.

"Thanks." Ujar si pria Renner dengan nada kesungguhan.

Keputusannya sudah dibuat, Justin mengizinkan jika Katie ingin berkunjung kerumah Jack dan juga ke rumah keluarga Renner yang lain—ini perlu dilakukan setelah konferensi pers. Jack Renner juga menerima keputusan yang dibuat Katie. Si perempuan tak ingin menduduki tahtanya. Ia merasa cukup dengan semua kekacauan yang sudah terjadi.

Keduanya berhasil menurunkan sedikit saja keegoisan mereka, setelah pembicaraan dalam itu. Justin banyak berpikir—Jack juga, setidaknya apa yang mereka lakukan bisa membuat kerutan pada wajah Katie berkurang—walaupun tak berarti, karena penyebab sebenarnya pencipta kerutan di wajah Katie adalah Justin dan Jack.

"Seperti yang kubilang sebelumnya, setelah ini kita harus lebih dulu ke New York. Keluarga mendiang Ayah dan Ibuku kebanyakan tinggal disana." Lanjut Jack setelah ucapan terima kasihnya, sedangkan Justin hanya memberikan balasan anggukan singkat.

"Sir, sudah waktunya naik." Seorang pemandu acara lain menghampiri Justin dan Jack.

Tak menjawab, Justin lebih dulu melihat ke arah Katie. Si perempuan masih berbincang serius dengan perempuan lain di depannya—Irene.

"Tunggu, istriku masih berbincang." Jack mengikuti pandangan mata Justin, dan menemukan adiknya disana. Senyuman lega tak mampu Jack tahan, setidaknya aku melepaskannya pada Justin. Orang yang paling aku percayai dan mampu melindungi Katie, pikir Jack penuh kelegaan.

"Baik, Sir." Si pria berlalu pergi, ingin mengatur ulang jalannya konferensi pers.

Seharusnya konferensi ini dilakukan sekarang. Jack, Justin, Katie dan Irene akan duduk di empat kursi beserta meja yang telah di siapkan. Tetapi sepertinya si MC harus bekerja keras menangani para pemburu berita yang tak sabar menyambut kedua pasangan yang siap mengguncang dunia.

Terlewati 10 menit, Irene berbalik dan menjauhi Katie dengan senyuman menawan di wajahnya. Jack yang melihat sinar hangat di mata Katie dan Irene menghela nafasnya lega. Lalu Irene berjalan mendekati Jack, sedangkan Justin berjalan mendekati Katie yang sedang menudukkan kepala. Bukan sedih, hanya saja ia tak mampu mengatasi kegugupannya.

end | G E N I U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang