Story i didn't know

2.5K 276 75
                                    

Tbh, aku nggak nyangka dan terharu banget bacain respon kalian di pertanyaan kemarin. Aku sampe nggak bisa ngomong apa-apa. Aku cuma bisa senyum-senyum bacain komentar kalian yang ternyata selalu bisa bikin aku terkesima. Kalian luar biasa banget, terima kasih!

Selamat membaca dan happy weekend guys!

* * * * *

Dengan satu lompatan jauh—turun dari mobilnya yang berhenti tak jauh dari restaurant, Justin mampu menarik tangan Katie dan menariknya masuk ke dalam dekapan si pria. "Sayang. Jangan berlari seperti itu." Tekan Justin dengan mata yang memusat ke bawah, tepatnya ke arah kepala Katie yang hanya sebatas dagunya.

"Sir." Emma, Daniel, Edward dan Taylor menunduk hormat pada Justin. Berbeda dengan satu pria lain yang hanya terpaku melihat Katie berada di dalam pelukan Justin.

"Kami baru saja selesai makan siang." Lapor Edward berusaha memecah keheningan.

"Kau." Katie mendongak dari bagian dada Justin dan menunjuk lurus pada pria lain—Loren yang masih terpaku ditempatnya. Pria itu terlalu terkejut melihat Katie dan Justin dalam satu frame yang sama. "Ku bunuh kau jika macam-macam." Desis Katie penuh dendam. Emosinya kembali bergejolak saat melihat bagaimana Emma dan Loren berargumen dan si pria terlihat berusaha menenangkan si perempuan.

"Tolong, buat ini menjadi rahasia ki—"

"Loren pacarmu?" Menyela ucapan Loren, Katie bertanya dengan nada kejam pada si perempuan lainnya.

Emma yang berada di situasi sulit—karena ada Justin disana mengedari pandangannya dengan salah tingkah. Misinya masih tetap sama, ia tetap ingin menarik perhatian Justin. Mana mungkin ia jujur mengatakan bahwa Loren memang kekasihnya.

"Bukan!" Jawab Loren cepat. Dan pekikan keras itu berhasil membuat Emma menoleh sedikit kaget. Tak menyangka Loren akan menolaknya padahal beberapa saat lalu si pria memohon-mohon padanya. "Kami hanya rekan yang tak sengaja bertemu. Benarkan Emma?" Loren menekan kalimat tanya belakangnya. Lalu dengan wajah yang jengkel karena lagi-lagi ia terlihat seperti pengecut, Emma mengangguk singkat.

"Dengar. Aku tak segan-segan memburumu sampai ke belahan dunia manapun kalau sampai aku tau kau mempermainkan Rose! Dia terlalu baik dan berharga untuk pria bajingan sepertimu."

"Sayang." Justin melingkarkan kedua tangannya pada sekitaran perut Katie, menahan si perempuan yang terlihat amat bernafsu ingin mencabik Loren.

"Tak akan. Dia satu-satunya." Balas Loren berusaha meyakinkan.

"Sudah. Ayo, kita pulang." Ujar Justin lagi.

Menghela nafas perlahan berusaha menetralkan laju pernafasannya, Katie membiarkan jemari Justin yang menariknya menjauh guna mendekati dan masuk ke dalam Rolls-Royce Cullinan yang telah siap dengan satu pengawal sebagai pengemudi di dalamnya.

"Periksa Loren." Pinta Katie dengan nada perintah yang kentara. "Sialan satu itu benar-benar bajingan." Desis Katie melanjutkan.

"Katie, tenang."

"Sial! Kenapa aku emosi sekali?" Keluh Katie masih dengan desisan marahnya.

"Jangan dipikirkan. Aku akan memeriksanya dan semua yang kau inginkan akan tersedia saat kita sampai di rumah nanti." Justin menarik Katie ke dalam perlukannya. Memberikan usapan yang selalu ia berikan pada si perempuan, tangan Justin yang lainnya mengeluarkan ponsel dan mengetikan perintah baru sesuai keinginan Katie pada Lim.

"Dan Carlos. Bisa kau periksa seluruh latar belakangnya? Seperti ada yang ia sembunyikan." Lanjut Katie dengan suara yang tak setinggi sebelumnya.

end | G E N I U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang