Apartment

2.3K 300 15
                                    

Katie dan Seulgi duduk di kursi belakang pengemudi. Wendy yang menempati kursi depan dan Joy yang memegang kemudi. Entah sudah berapa puluh lagu yang mereka nyanyikan, sejak keberangkatan mereka 201 menit lalu. Keempat perempuan itu asik bernyanyi. Mulai dari musik balada, klasik, rock, pop, jazz sampai EDM menemani perjalanan mereka kali ini. Wendy dan Seulgi sudah menawarkan pergantian kemudi, tapi si perempuan yang paling tinggi itu menolak, masih sanggup membawa mereka bahkan aku sanggup jika harus membawa kalian ke Boston sombongnya 20 menit yang lalu.

Berangkat pada pukul 4 pagi—mundur 6 jam dari jadwal keberangkatan sebenarnya karena Justin tak mengizinkan Katie keluar pada jam tengah malam, hanya membutuhkan waktu 17 menit lagi untuk sampai ke apartemen yang akan mereka tempati satu minggu kedepan—3 hari untuk Katie. Mobil yang dibawa Joy sudah memasuki wilayah New York, Amerika Serikat yang warna fajarnya mulai berpendar.

"Kau tau kabar terbaru Irene?" Tanya Wendy tiba-tiba, Katie yang sedang menyangikan lagu Ariana Grande menghentikan aksinya spontan. "Si Renner benar-benar kejam ya. Dia tak mengizinkan siapapun menghubungi Irene. Bahkan kemarin saat aku berniat mengunjunginya, para pengawal sialannya itu mengusirku."

"Biarkan saja, pria itu hanya sedang tergila-gila. Setelah bosan, semua penjagaan ketat itu pasti di lepaskan." Jawab Joy santai, sedangkan Seulgi menyerngit tak suka mendengar jawaban yang diberikan Joy. "Kau kejam sekali. Tak mungkin Renner begitu, apalagi jika dia benar-benar berniat menikahi Irene." Sela Wendy.

"Hey, memang Renner pernah menyampaikan niatnya? Apa kalian pernah mendengar kalau si brengsek itu akan menikahi Irene?" Katie memutar kembali ingatan obrolannya dengan Irene 7 hari lalu di mobil, bagaimana Irene menyampaikan kebimbangannya perilah keseriusan Jack. "Tapi kau jelas tau Irene seperti apa. Tak mungkin dia melepas karirnya jika Jack tak menjanjikan pernikahan." Elak Wendy lagi. Katie dan Seulgi masih memilih diam.

"Aku hanya menyampaikan pendapatku. Aku masih sakit hati dengan tindakannya yang lalu." Ketiga perempuan lainnya mampu menangkap nada kecewa dari suara Joy. "Aku memang tak memikirkannya, itu hidup Irene dan segala keputusan ada di tangannya. Tapi tetap sajakan." Joy menambahkan gerakan bahu yang acuh.

"Lalu bagaimana dengan kau dan Justin?" Joy memindahkan arah kaca depannya, mengarahkannya pada Katie yang bersandar dan menumpu satu tangannya ke jendela. "Kulihat kau berhasil memegang kendali ya? Harusnya perempuan memang seperti itu." Lanjutnya lagi.

"Aku akan menjodohkan Christian dan Seulgi." Jawab Katie dengan pembahasan yang lain, si perempuan yang menjadi target hanya mampu mendengus kesal mendengar ujaran Katie yang sudah berulang kali masuk ke telinganya sejak kemarin—sejak seminggu lalu sebenarnya.

"Christian itu benar-benar berbeda." Ujar Katie lagi, Joy melihat dari spionnya dengan binar tertarik, sedangkan Wendy sudah memutar tubuhnya menghadap Katie sama tertariknya. "Kalau Suga itu dingin, Jack setengah-setengah. Christian ini benar-benar kombinasi yang sempurna jika disandingkan dengan Seulgi."

"Bahkan karyawan-karyawannya mengakui itu. Diantara tujuh kepala, hanya Christian dan Jullian yang cukup dekat dengan bawahnnya. Justin dan Suga terlalu memasang jarak. Sisanya tergantung situasi." Paparnya. "Seulgi terlalu serius bukan?" Wendy dan Joy mengangguk setuju. "Cocok sekali dengan Christian yang pembawannya tenang cenderung santai."

"Aku juga yakin selera humornya masuk ke kriteria Seulgi." Wendy menaik-turunkan alisnya menggoda Seulgi. Katie melemparkan kedipan nakalnya pada Joy yang masih memperhatikan dari kaca depan. "Ahh betul!" Pekik Joy tiba-tiba. "Selera humor kalian pasti cocok." Seulgi menggeleng-gelengkan kepalanya miris.

"Dan Seul, hidupmu pasti lebih berwarna jika bersama Christian." Tambah Joy mendukung pemaparan Katie.

"Sinting."

end | G E N I U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang