Better choice

2.2K 309 26
                                    

Setelah lima hari hanya berbaring malas di ranjang—kegiatannya hanya berputar pada makan, menonton tayangan, mengobrol dengan Irene, dan mandi, Katie akhirnya diizinkan keluar dari rumah sakit—setelah memaksa tentu saja, begitupun Irene. Sejak lima hari pula Justin tak menampakkan batang hidungnya. Hanya Jack yang rajin berkunjung. Katie bahagia saja, terlebih melihat rona memerah pada pipi Irene, Katie merasa sudah cukup.

"Sudah semua?" Pertanyaan Seulgi menarik Katie. "Kau akan pulang ke tempat Justin."

"Sorry?" Jawab Katie kilat. "Kalau kau lupa, aku punya rumah sendiri. Dan bukankah kau bilang mereka sudah melakukan sapu bersih secara menyeluruh." Seulgi mengangkat bahunya tak tahu.

"Come on, Seul. Kau juga tahu bahwa kejadian kemarin bukan salahmu atau salah siapapun. Itu murni karena aku yang tak siaga." Balas Katie, "Aku merasa aman sendiri, kau kenal akukan? Kita sudah bersama lebih dari 6 tahun. Dan kau jelas tau sampai mana batas maksimalku dalam melindungi diri."

"Ikuti saja Katie, beberapa hari ini suasana FBI sungguh suram, lagi pula kau masih bisa bekerja seperti biasa." Sela Joy—tak tahu keputusan akhir yang dibuat Justin karena rumornya belum terhembus yang sedang duduk di pinggir ranjang Irene—membantu Irene membereskan peralatannya bersama Wendy. "Justin seperti memusuhi seluruh dewan bahkan karibnya sendiri."

"Itu bukan urusanku." Jawab Katie tenang.

"Tentu itu menjadi urusanmu Katie Olzen. Karena siapa Justin begitu?"

"Memang aku melakukan apa sampai suasana suram FBI saja menjadi urusanku?"

"Aku akan mengundurkan diri."

Prang.. Bruk..

Bunyi pecahan gelas yang sedang di pegang Joy dan tiang infus yang terjatuh menjadi pembuka keributan sebenarnya. "Kau gila?!"

"Irene!"

"Yang benar saja!" Seulgi, Joy dan Katie memekik secara bersamaan.

"Hey guys, calm down." Ujar Wendy menengahi Katie yang sudah melompat kearah ujung ranjang Irene.

"Aku tau kau cinta dia, tapi haruskah sampai sejauh ini?" Ujar Katie masih tak percaya. "Maksudku kau bisa tetap bekerja di FBI lalu menikah tanpa harus keluar dari sana." Joy mengangguki ucapan Katie setuju.

"Irene." Panggil Seulgi karena si perempuan yang menjadi fokus utama keempat lainnya hanya memandang lurus tak menjawab.

"Tapi aku merasa sulit jika tak keluar dari FBI." Katie mendengus kesal, begitu juga dengan Joy. Hanya Seulgi dan Wendy yang terdiam kaku.

"Semua karena bedebah sialan itu!" Murka Katie. "Terserah! Aku tak peduli Irene! Terserah!" Katie merampas tas yang sudah siap diatas ranjang. Mengambil pula id dan lencananya. Tanpa menoleh lagi, Katie melangkah keluar dari ruang rawat dengan emosi yang bergejolak.

"Katie!" Seulgi dan Wendy yang menyusulnya.

"Ma'am, silahkan tunggu sebentar lagi. Saya ma—" Katie menendang organ dua pengawal didepannya itu bergantian tanpa ampun—ditambah perintah Justin untuk tak menyentuh apalagi melukai si perempuan, kedua pengawal itu jatuh dengan cepat. Suara aduhan dan benda jatuh mengisi sepinya lorong, mengambil pistol yang masih tersimpan rapi pada sarung senjata salah satu pengawal, Katie beralih memutuskan alat komunikasi kedua pengawal itu, mengambil juga kedua ponselnya. Katie melewati dua pengawal yang masih mengaduh penuh kesakitan itu dengan geram. Pengawal Jack dan Justin memang sudah ditarik karena Irene dan Katie yang berniat pulang hari ini, mereka di pindahkan ke berbagai tempat untuk memastikan keamanan keduanya saat perjalanan pulang nanti.

end | G E N I U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang