Conclusion of a plan

2.6K 284 59
                                    

Mengetuk pintu dengan papan nama salah satu dari tujuh kepala, Katie membukanya setelah mendapat jawaban dari dalam sana.

"Ku pikir kau tak akan pernah datang." Sambut Monie, si pemilik ruangan yang di dalamnya ternyata sudah berisi Christian dan Jullian. Pantas saja sejak selesai makan siang Katie tak mendapati keberadaan Christian di divisinya.

"Jadi, kau sudah menentukan pilihan?" Tanya Monie lagi.

"Bagaimana rencananya?" Mendekat ke arah sofa yang sudah di duduki oleh Christian dan Jullian, Katie menduduki salah satunya dengan santai.

"Kami akan menyetujui pengajuan yang nanti di ajakukan Edward. Sudah kubilang bukan, 5 banding 1, kita akan menang. Justin tak akan bisa menolak jika mayoritas suara kami menerima." Jelas Monie sekali lagi.

"Kau yakin? Kau kenal dengan sangat Justin bukan." Ketiganya menyerngit mendengar cemoohan Katie. "Dia licik. Terlalu licin. Kau yakin aku bisa menjadi mentor?" Monie kembali menampilkan senyum menawannya setelah mengetahui maksud kalimat Katie.

"Dia memang licik. Tetapi dia akhirnya akan selalu kalah jika berhadapan denganmu, Katie. Pengajuan itu memang tak akan membantu banyak, tetapi Justin pasti memberikan izinnya jika kau mengikuti apa yang sudah kami rencanakan." Seharusnya begitu, lanjut Monie di dalam hati.

Mendengus sinis, Katie memandangi Monie dengan tajam. "Kau bilang mayoritas suara kalian mampu membungkam Justin." Jullian dan Christian terbahak didetik yang sama setelah Katie menyelesaikan kalimatnya.

"WOW! Aku sampai terkecoh." Ujar Monie tenang.

"Rencananya akan berjalan lancar. Jack akan turun juga."

"Bukankah Jack lebih takut lagi? Terakhir kali aku dengar, dia menuruti semua perkataan Justin hanya karena takut perizinannya di cabut." Balas Katie telak, semakin membuat Christian dan Jullian terbahak.

"Karena itulah kau disini. Kau bisa mengancam Justin untuk ikut pergi bersama Jack." Sial! Kenapa aku tak berpikir sampai kesana? Gerutu Katie dalam kepalanya.

"Kalau hanya begitu, aku juga bisa melakukannya sendiri." Jengkel Katie.

"Tidak akan bisa Katie. Kau tetap memerlukan persetujuan kami untuk menjadi mentor. Kau jelas tau menjadi mentor tak semudah itu." Tanpa sadar Katie menghembuskan nafasnya kentara. "Jadi bagaimana?"

"Sial! Sejak tadi Justin tak berhenti menghubungiku!" Sela Christian tiba-tiba. Tangannya terangkat dan menunjukkan layar ponsel dengan ID Caller Seagull. "Kemana ponselmu, Katie?"

"Aku meninggalkannya di ruangan. Dia terlalu berisik dan menyebalkan."

"Bagaimana Justin tidak gila kalau istrinya saja seperti ini." Keluh Jullian masih dengan tawanya. Sedikit merasa kasian—banyak senangnya mendapati fakta bahwa Katielah yang menjadi pasangan sehidup-semati Justin.

"Apa yang kau debatkan tadi pagi?" Tanya Christian dengan raut ingin tahunya.

"Urus saja masalah anda dengan Seulgi, Sir." Balas Katie datar.

"Kau memang cocok menjadi pasangan Justin!"

"Jadi, kami akan segera mengeluarkan surat tugas baru untukmu. Dan aku pastikan, secepatnya kau sudah dapat memulai mentoringmu. Kau bisa menghubungi Taylor." Potong Monie.

"Lalu bagaimana dengan tugasku dengan Daniel?"

"Kau masih bisa mengerjakannya. Karena itu kubilang hubungi Taylor untuk mengatur jadwal kalian agar tidak berbentrokan." Mengangguk mengerti, Katie bangkit dari sofa Monie.

end | G E N I U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang