Ponsel Katie sudah direbut paksa Justin, guna menghindari usaha Jack untuk menjauhkan dirinya dan perempuan. Justin yakin Jack akan menawarkan kebebasan bagi Katie secara keseluruhan jika ia mau untuk menerima takdirnya sebagai salah satu anak keluarga Renner.
Justin sudah menjalankan seluruh rencananya dan seperti yang sudah ia prediksikan, Jack mengamuk bagai beruangan jantan yang dipisahkan dari betinanya di tengah masa kawin. Karena sudah memprediksikan itu, Justin dapat menyelesaikannya dengan cepat dan sesuai rencana awalnya. Jack membatalkan niatnya untuk mengeluarkan berita bahwa Katia adalah putri pewaris utama kerajaan bisnis Renner. Ia tak akan sudi Katie dipatenkan sebagai pasangan hidup Justin. Lebih baik ia mundur setengah langkah untuk kembali merancang rencana baru dan membabat habis Justin—inginnya dan semoga saja bisa.
Memainkan remot ditangannya dengan jengah, Katie terus menggumam samar. Jam masih menunjukkan pukul 22.53. Rasanya waktu lama sekali berjalan. Sejak kepulangannya pukul 5 tadi, Justin hanya mengizinkan Katie keluar dari kamar pada saat makan malam. Sisanya ia habiskan di dalam kamar sedangkan Justin berpindah kesana dan kemari. Inginnya berteriak marah, tetapi Katie merasa itu akan membuang lebih banyak tenaganya. Peningnya belum hilang, jadi ia harus menyimpan banyak tenaganya dengan baik.
Pintu di kamarnya terbuka, kali ini bukan muncul dari dalam lift, Justin masuk melalui pintu. "Kenapa belum tidur?" Inginnya Katie menjawab sarkas, tetapi kembali lagi—ia tak ingin memghabiskan tenaga dengan sia-sia. Jadi si perempuan bergeming dan kembali menatapi layar televisi di depan sana.
"Aku bertanya padamu." Tetap bergeming dengan mencoba memikirkan sesuatu yang bisa menenangkan jiwa dan raganya, Katie beralih memejamkan matanya erat. Tenang, tarik nafas—buang—tarik nafas—buang, jangan terpancing Katie. Kau bisa terkena serangan jantung. Rapal Katie di dalam kepalanya.
"Ada apa?" Mengambil langkah lebarnya, Justin hanya memerlukan dua gerakan untuk menempelkan telapan tangan besarnya pada kening si perempuan yang bersandar di kepala ranjang.
Menangkis kasar tangan Justin, Katie menatap si pria dengan bengis. Persis seperti kucing betina yang diganggu saat sedang mengurus bayi-bayinya.
"Demammu sudah turun. Lalu kenapa?"
"Kenapa apanya?" Sengit Katie akhirnya. Pertahanan dirinya untuk tetap tenang memang tak bisa bertahan jika berhadap dengan Justin yang pemaksa, seenaknya dan selalu menang sendiri—berbeda lagi jika berhadapan dengan Justin yang lembut.
"Kenapa menghela nafas seperti tadi? Kepalamu sakit?"
"Jauh-jauh sana. Aku harus membuat jarak yang jauh darimu untuk kesehatan jiwaku, Justin." Mengkerutkan alisnya tak mengerti, Justin tak juga beranjak dari sana. "Berdekatan denganmu selalu memunculkan sisi iblis tiap manusia. Jadi pergi jauh-jauh dariku!" Anehnya si pria malah terbahak mendengar ujaran Katie.
"So cute." Ujarnya dengan kedua tangan yang mengusak rambut si perempuan.
"BRENGSEK GEORGE!"
"5 jam lalu kau meminta aku untuk fuck you. Jadi ayo sekarang saja. Urusanku sudah selesai." Katie melompat turun dengan gesit, karena posisi Justin yang memang duduk di sisi ranjang miliknya—Justin di kanan dekat pintu dan Katie di kiri dekat pilar besar Katie mendapatkan kemudahan meloloskan diri dari terkaman Justin.
"Sinting!" Desis Katie saat mendapati tawa terbahak Justin. Sepertinya pria ini memang gila! Dia bukan saja butuh otak Suga, dia butuh sumbangan otak teman-temannya yang lain juga.
"Kenapa menghindar, kau yang memintanya tadi." Ujar Justin masih dengan nada geli—tawa pada suaranya.
"Bedebah gila!" Merenggut bantal yang ia gunakan, Katie melangkahkan kakinya ke arah kiri kamar. Tempat dimana sofa berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | G E N I U S
FanfictionSeries I | end Series II | end Series III | end Series IV | end