Katie duduk dengan posisi saling berhadapan dengan Mrs. Olzen atau sekarang berubah menjadi Mrs. Rudd. Sedangkan si Ibu masih memandangi putrinya dengan pandangan sayang. "Sudah sayang, jangan menangis." Mengelus rambut putri satu-satunya penuh sayang, Mrs. Rudd sesekali membersihkan air mata yang masih saja mengalir deras pada pipi Katie.
"Maaf Mom, karena aku Dad pergi."
"Sshhtt, itu bukan salahmu. Semua sudah diatur Tuhan, honey." Katie menggeleng-geleng tak setuju. Ibunya tak mengetahui alasan sebenarnya di baik serangan jantung yang menyerang suaminya. Dan Katie semakin merasa berdosa karena itu, ditambah dengan fakta bahwa ia bukanlah anak kandung kedua pasangan orang tua itu. "Baik nanti atau sekarang, tak ada yang berbeda. Kau tetap putri kesayangan Mom and Dad." Menarik kembali Katie kedalam pelukannya, Mrs. Rudd menepuk lembut punggung Katie.
"Mom.." Mrs. Rudd berdehem dengan lembut. "I love you." Tersenyum lebar, Mrs. Rudd membalasanya dengan memberikan anggukan berulang kali dan balasan pelan i love you to.
"Kalian adalah orang tua terbaik yang pernah kumiliki."
"Mom pun merasa begitu, kau adalah putri terbaik yang dikirim Tuhan untuk Mom and Dad. Berhenti menangis ya? Katie rindu Dad? Bagaimana kalau lusa kita pergi ke New Jersey?" Katie mengangguk dengan cepat. Mrs. Rudd tertawa pelan mendapati respon cepat si putri. Setelah menikah lagi, Katie jarang bercengkraman dengan Mrs. Rudd. Bukan karena Ibunya membuat jarak. Tetapi Katie tak ingin menganggu ketentraman keluarga baru Ibunya. Padahal Mrs. Rudd tak pernah berpikir begitu, suaminya pun mendukung saja jika Katie ingin tinggal bersama dengan mereka yang menetap di Washington.
"Tadi Mom melihat 2 orang dengan pakaian rapi datang bersamamu. Dia rekanmu?" Mrs. Rudd menjauhkan dekapannya dari si putri.
Katie mengangguk mengiyakan, tak mungkin mengatakan bahwa ia sudah keluar dari FBI padahal ia jelas tau Ibu dan Ayahnya mendukung dengan penuh keinginan Katie yang satu itu.
"Kenapa tak diperkanan masuk? Di luar panas, sayang." Mengabaikannya, Katie memilih menghapus sisa-sisa air matanya di pipi. "Bagaimana keseharian Mom?" Tanya Katie.
"Seperti biasa, hanya bersantai. Agak berbeda saat berasama Dad. Dulu Mom masih bisa bekerja lepas sebagai asisten Ayahmu. Tapi sekarang Mom hanya bisa bersantai dirumah."
"Bagaimana dengan Zee?" Katie menangkap dengan jelas senyuman lebar pada bibir Ibunya. Membuat ia bernafas lega, setidaknya Mom punya orang lain saat sendirian di rumah. "Zee baik-baik saja. Anak itu semakin besar! Padahal dulu saat Mom dan Daddy mengasuhnya masih berumur 7 tahun."
"Zee sering menanyakanmu, honey. Katanya kapan kakak perempuannya pulang." Lanjut Mrs. Rudd lembut.
"Aku akan mengirimkan lebih banyak kado natal untuknya nanti." Ujar Katie yang di balas gelengan sedih sang Ibu. "Zee ingin bermain bersamamu." Katie hanya mampu memberikan senyum sungkannya.
"Mom.." sela Katie, "Apa aku sama seperti Zee?" Terpaku beberapa saat, Mrs. Rudd memilih menarik kedua tangan Katie ke dalam genggamannya. Dapat merasakan betapa hangatnya tangan sang Ibu, Katie berusaha menelan informasi—tidak tidak, tapi fakta bahwa ia memang bukan keturunan Olzen.
"Mom ingin pergi keluar?" Katie menggangi topik pembicaraan setelah jeda yang cukup lama.
"Mom sampai lupa. Ya sayang, Daddymu mengajak makan siang bersama. Ayo ikut dengan Ibu." Katie menggeleng sungkan. "Ayo sayang, kalian harus saling berdekatan. Jadi tak ada lagi kecanggungan di lain waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
end | G E N I U S
FanfictionSeries I | end Series II | end Series III | end Series IV | end