[56] Salah Paham

877 117 74
                                    

Chapter sebelumnya votenya dikit :(

Chapter ini kalau votenya 30+ aku bakalan up next chapter.

Jadii, jangan lupa vote dannnnn komentar kalian dapat vote ke berapa

Happy reading♥♥

________

Pintu kamar rawat Zahra terbuka. Gadis itu menemukan seorang laki-laki dengan tiang infus di samping kanannya. Laki-laki itu berbalik dan menutup pintu lalu kembali menatap Zahra.

Tatapan mata gadis itu terlihat sulit diartikan. Perlahan Zahra bangkit dari tidurnya. Menekan tombol di samping ranjang sampai bagian atas tempat tidurnya naik sehingga dia bisa bersandar dengan nyaman dalam posisi setengah tidur.

Laki-laki itu mendekat tatapan mata asing terpatri di manik legamnya.

"Gue kira lo bakalan mati," ujar lelaki itu.

Zahra masih tidak menunjukkan ekspresi lain selain tatapan yang sulit diartikan.

"Gimana keadaan lo?" Suara Zahra menginterupsi.

Kening lelaki itu bergelombang, alisnya menukik tajam. Gadis itu bersikap santai seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka berdua.

"Lo-"

"Gue senang lihat lo baik-baik aja, Chan," sergah Zahra.

Benar. Lelaki itu Sungchan. Pakaian rumah sakit masih melekat di tubuhnya. Namun hal itu tak menghalanginya untuk menemui gadis yang menjadi alat untuk dia balas dendam kepada Jaehyun, kakak sepupunya.

"Seharusnya lo benci sama gue, Ra. Bukannya malah perhatian kayak gini." Sungchan mengeratkan pegangannya pada tiang infus.

"Gue gak berhak buat benci sama lo. Selama setahun belakangan ini lo selalu ada buat gue. Gue ngerasa aman dan nyaman dekat sama lo. Gue ada tempat bersandar saat pikiran gue dipenuhi tentang skripsi dan Dia. Lo datang seperti matahari yang bersinar menyingkiran malam kelam tanpa bintang. Terlalu banyak kebaikan yang lo perbuat selama ini, lalu hanya karena kesalahan satu kali ... gue harus benci sama lo?"

Zahra tertawa samar seraya menatap tangannya di mana jarum infus menancap. Perlahan tangan Zahra terangkat meraih pergelangan kokoh milik Sungchan yang bebas. Mengusap punggung tangan polosnya dengan pelan.

Kepala Zahra terangkat. Maniknya mengunci tatapan Sungchan yang penuh dengan sorot keheranan.

"Lo pasti punya alasan kenapa bawa gue ke sirkuit waktu itu."

Hening merambat memenuhi ruangan penuh aroma obat-obatan. Mereka masih menatap satu sama lain.

Gimana bisa ada cewek sebaik dia?

Kenop pintu terdengar terbuka dari luar. Sungchan langsung menghempas tangan Zahra yang masih memegang tangannya.

Keduanya menoleh, melihat seorang laki-laki berdiri tepat di pintu kamar dengan tas ransel singgah di bahu kanannya. Wajah tegasnya terlihat mengeras kala menemukan Sungchan berada di ruangan ini.

Kakinya melangkah cepat. Tangannya menghempaskan ransel hingga bunyi benturan antara benda hitam penuh barang dan lantai merambat masuk ke indera pendengaran.

Tak pandang musuh, laki-laki itu menarik kasar tangan Sungchan menyisakan jarak cukup jauh antara Sungchan dan Zahra.

Zahra terkesiap. Gerakan cepat itu mampu membuatnya menahan napas. Mengumpulkan segala kekuatan, Zahra menurunkan kedua tungkainya sampai lantai dingin menyentuh telapak kakinya.

Mask | Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang