Hari ini, tidak ada rencana sama sekali untuk mengunjungi tempat wisata. Tujuan mereka ke Bali sebenarnya apa sih? Hanya pindah tempat tidur?
Sejak hari pertama, mereka hanya menghabiskan waktu untuk bermain games, tidur, makan, joggingpun hanya satu kali.
Entahlah, mereka memiliki tujuan apa berlibur ke Bali ini.
"Aisshh, bosen gue," eluh Zahra yang saat ini sedang terbaring di tempat tidurnya.
Karena merasa bosan. Gadis itu pun keluar dari kamar dan segera menuju kamar Haechan yang berada tepat di samping kamarnya.
Tanpa mengetuk pintu, Zahra masuk ke kamar itu dan mendapati Haechan yang sedang sibuk dengan ponselnya
"Echan," panggil Zahra.
"Apaan? Tumben lu ke kamar, kangen sama Echan?" Pria itu menaik turunkan alisnya berniat menggoda sahabatnya itu.
"Jangan kayak gitu ish, wajah lo kayak om-om tau gak?"
Zahra memilih berbaring di samping Haechan. Dan menumpukan kepalanya ke bahu kiri Haechan.
"Kenapa, Ra?"
"Bosen tau gak, anak anak pada kemana sih?"
Haechan hanya mengendikkan bahu dan sibuk dengan kegiatannya.
"Chan."
"Hm."
Zahra mengintip layar ponsel Haechan dan menemukan nama 'Bang Jungwoo' disana.
"Kak uwu," pekik Zahra dengan tubuh yang sudah menegak.
"Apa sih, Ra, kaget gue." Terlihat ponsel Haechan hampir terlepas dari tangannya sesaat.
"Mau telpon kak uwu dong, kangen Chan."
"Halah, lu kalo ketemu abang gue biasanya berantem, sekarang bilangnya kangen."
"Ya kan kak uwu nyebelin kalo ketemu, sok imut gitu." Zahra mencebikkan bibirnya.
"Tuh bibir gausah dimonyong-monyongin. Gak imut sama sekali, imutan gue." Terdengar decakan pelan dari Zahra.
"Telpon kak uwu dong, mau talking-talking nih."
"Gak gak! Kuota gue habis ntar."
"Chan ya ya ya." Zahra mempoutkan bibirnya dan menatap Haechan dengan puppy-eyesnya.
"Geli ih, yaudah nih telpon."
Setelah ponsel Haechan sampai di tangan Zahra, gadis itu segera memencet tombol biru. Sekitar 10 detik video call tersambung.
"KAK UWU!!" pekik Zahra. Membuat Haechan disebelahnya refleks menampol pipi Zahra hingga gadis itu menatapnya kesal.
"Zahra!"
"Kak uwu dimana?"
"Di Jakarta."
"Maksudnya Kak Uwu lagi di cafe?"
Terlihat Jungwoo yang terkekeh dengan tangan yang tak henti-hentinya menyisir rambutnya ke belakang.
"Kumpul sama temen."
"Cowok Kak? Kenalin satu dong," goda Zahra. Matanya melirik sekilas ke arah Haechan.
"Jangan bang, Rara agresif ntar," sahut Haechan disampingnya.
Zahra hanya menarik rambut Haechan membuat si empu merenggut kesal.
"Tae, sini bentaran!"
Terdengar Jungwoo memanggil seseorang. Tak lama setelah itu muncul seorang pria dengan wajah tampan bak malaikat.
"Ada yang mau kenalan sama lo. Ra, ini Taeyong."
Zahra tak bereaksi sama sekali, gadis itu asik mengagumi ciptaan Tuhan yang ada di layar ponsel Haechan.
"Hai,"
Pria itu tersenyum manis dengan tangan melambai-lambai ke kamera.
"Hai."
Baru saja Zahra ingin melambaikan tangan, ponsel di tangannya diambil alih oleh Haechan.
"Bang Taeyong, jangan deket Zahra, dia agresif. Udah ya bang, kuota gue abis ntar. Bang Jungwoo jaga mama baik baik ya."
Video call dimatikan sepihak oleh Haechan, Zahra yang disampingnya menatap Haechan dengan tatapan seakan ingin membunuh pria itu.
"Haechannnn!" rengek Zahra.
"Ape sih?"
"Kok lo matiin sih?" Tangan Zahra sudah memukul keras pundak Haechan.
"Kuota gue habis nanti."
"Issh, tapi itu ada kakak cogan."
"Apa peduli gue, sih?"
"Gue masih mau memandangi ciptaan Tuhan."
Wajah Haechan tiba-tiba semakin maju dengan tangannya yang menahan lengan Zahra, agar gadis itu tetap di tempat. Hingga Zahra tanpa sadar menahan napasnya.
"Liat muka gue aja Ra, lebih sempurna dari bang Taeyong." Setelah mengatakan itu Haechan tertawa karena Zahra yang tak kunjung berkedip.
"Haechan babi!" teriak Zahra.
Haechan yang tak mau mendapatkan serangan dari bantal yang dipegang Zahra pun langsung berlari keluar kamar. Meninggalkan zahra yang memakinya.
• Mask •
Setelah kejadian tadi pagi, kini Zahra tengah menonton TV di ruang tengah dengan tangan yang sibuk memakan cemilan.
Pundaknya ditepuk seseorang. Membuat kepala Zahra menghadap ke belakang
Cup.
Zahra terkejut saat benda kenyal menyentuh pipi kirinya, yang telah berbuat hanya tersenyum dan memilih duduk di samping Zahra.
"Makanannya dikunyah dulu Ra." Zahra masih terdiam dengan tangan yang menyentuh pipinya.
Ini gak benar, dua hari yang lalu kening, sekarang pipi, besok apa? Bi- aaissh, gak-gak. Jika seperti ini bisa-bisa gadis itu mengalami stres berat.
"Lo ngapain sih Njun?" ucap Zahra lirih.
Gadis itu mencoba menetralkan jantungnya.
"Gue?" Renjun menatap Zahra dengan tanpa dosanya.
"Kenapa pake cium-cium sih?"
Renjun menatap Zahra yang ada di sampingnya dengan lekat. Hening sejenak, mereka berdua hanya saling tatap tanpa mengatakan sepatah katapun. Hingga Renjun memajukan wajahnya. Membuat Zahra terdiam tak bisa berkutik.
Sampai toples cemilan ditangannya hampir saja jatuh ke lantai, jikalau Renjun tak mengambil alih dan meletakkannya ke meja sofa.
"Mau lagi?" Terbit senyum geli diwajah Renjun.
"RENJUN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask | Jeno ✔️
Roman pour Adolescents[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen .... Lo cuma obsesi, lo nggak cinta sama gue!" "Gue cinta dan selamanya akan sama seperti itu." *** Jeno Razka tidak rela bila sahabatnya seka...