"Barbeque-an, kuy?" Ajak Haechan.
Kali ini mereka tengah duduk di ruang tengah, Zahra dan Jeno juga Jisung sibuk berkutat dengan ponselnya. Mereka bertiga sedang memainkan game online yang saat ini sedang digandrungi banyak remaja.
"Ra, mundur dulu," ucap Jeno.
"Udah, cepetan dong, ke land atas."
Ya, kalian bisa menebak bahwa yang mereka mainkan adalah Mobile Legend.
Mereka sedang asyik memainkan game itu, Zahra juga sudah tidak memikirkan lagi tentang Jeno dan Renjun. Meskipun pagi tadi, dia dikejutkan dengan Jeno yang tertangkap basah memandangi wajahnya, saat dia bangun tidur. Setelah permainan selesai, mereka semua segera menuju ke taman belakang.
Mark dan Jaemin sibuk menyiapkan panggangan, sedangkan Renjun dan Haechan memotong daging juga menusuk sosis dengan tusukan sate, Zahra duduk di salah satu bangku taman dan memainkan ponselnya, diikuti Jeno yang duduk disampingnya.
"Gimana?" Tanya Jeno tiba-tiba.
Zahra yang merasa diajak bicara mematikan handphonenya dan menatap Jeno dengan pandangan bertanya.
"Gak amnesia kan, sama pertanyaan gue kemarin?"
Zahra yang sudah tau kemana arah pembicaraan ini memilih mengalihkan pandangannya.
"Gak usah bercanda, Jen. Gak mungkin lo suka sama gue," ucap Zahra menatap lurus ke depan.
"Bisa nggak kalau ngomong natap gue," ucap Jeno serius.
Zahra menghela napas kasar, gadis itu mencoba menatap Jeno yang ada di sampingnya. Meskipun ia takut dengan tatapan serius Jeno, karena selama ini, Jeno jarang sekali melontarkan tatapan tajam saat sedang berbicara dengannya.
"Apa lo sedikitpun gak ada rasa suka sama gue?"
Zahra masih diam, tidak mau menjawab pertanyaan Jeno.
"Ra, bantuin napa," teriak Haechan.
"Gue ke Haechan dulu."
Gadis itu menghampiri Haechan dan membantunya mempersiapkan saus untuk olesan daging.
"Ini kurang manis Chan, tambahin gula dikit."
Zahra yang baru sadar jika disampingnya ada Renjun, sejenak terdiam.
"Ngapain salting sih," pikir Zahra.
"Tuh udah gue tambahin, cobain deh."
Renjun mencoba sedikit saus itu dengan menggunakan telunjuknya.
"Chan, lo mau kawin, hah?" Pekik Renjun setelah mencicipi saus itu.
"Iya, kawin ama bebeb Zahra," sahut Haechan dengan senyum gelinya.
"Gue tampol ya lo!"
Bukan hanya Zahra yang bereaksi seperti itu, tetapi Jeno yang awalnya bersama Jisung, seketika menatap Haechan tak suka, walau yang di tatap tidak mengetahui itu.
"Asin banget Chan, gila ya lo!" Renjun sudah sibuk meminum air.
"Ya maap, gue kirain gula, bentukannya hampir mirip."
"Gak ada akhlak banget lu, Chan."
Mendengar ucapan Renjun semua tertawa termasuk Zahra.
"Dah ah, gue aja yang buat," ucap Renjun.
Setelah saus yang Renjun buat sudah jadi, sekarang waktunya untuk memanggang.
"Gue bantu ya, Le?" Chenle yang bertugas memanggang kali ini memberikan capitan kepada Zahra.
"Tumbenan mau bantu, Ra?"
"Salah mulu ih, gue," Zahra mencebikkan bibirnya.
"Tuh, bibir jangan dimaju majuin, mau dicium?" Chenle tertawa melihat Zahra yang menatapnya horor.
"MARKKK!!" teriak Zahra.
"Apaan sih, Ra?" Mark yang terkejut karena Zahra tiba-tiba teriak langsung menghampiri mereka.
"Chenle tuh, mesum," Chenle hanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kesal Zahra.
"Jangan di gangguin napa, Le?" sahut Renjun.
"Mending lo sana duduk, biar gue sama Mark yang bantu Chenle manggang."
Zahra menuruti perintah Renjun, gadis itu duduk di karpet yang sudah mereka siapkan di dekat bangku taman.
"Ini hapenya siapa, Jaem?" Jaemin yang sedang sibuk memainkan gitarpun menatap Zahra.
"Mark."
Zahra yang sedang iseng, membuka handphone Mark yang kebetulan tidak dipassword.
"Anjir," Pekik Zahra pelan.
"Heh, cewek kok kasar!" Jisung yang mendengar Zahra mengumpat seketika memukul pelan kening Zahra.
"Ishh, sakit Cung!"
"Lu ngapain pake anjir-anjiran?"
"Mark punya cewek," ucap Zahra pelan agar Mark tidak mendengar.
"Nih liat, cantik gak sih? Namanya Kanza," gadis itu menunjukkan handphone Mark kepada Jaemin dan Jisung.
"Typenya bang Mark banget," kata Jaemin yang kembali melanjutkan melantunkan lagu dari komponis ternama, Kahitna.
Selang beberapa menit, mereka sibuk membicarakan Mark dan pacaranya-Kanza, Renjun datang dengan membawa dua piring yang sudah terisi penuh oleh sosis dan daging panggang, diikuti Chenle dan Mark dibelakangnya yang membawa piring dan juga minuman bersoda.
"SELAMAT MAKAN KAWAN KAWANKU!" Ucap Haechan dengan semangat.
Sejak tadi, Jeno tidak mengucapkan kata sedikitpun. Kentara sekali, perubahan sikap Jeno, sampai teman-temannya melontarkan candaan, dia hanya diam tak merespon, meskipun hanya tersenyum. Zahra menangkap perubahan sikap Jeno, membuat gadis itu sesekali mencuri pandang dengan Jeno.
"Bang, lo punya cewek gak cerita-cerita," Celetuk Jisung.
"Hah?" Mark sejenak terdiam dengan ucapan Jisung, lalu melihat ponsel miliknya yang diangkat oleh Zahra, menunjukkan chatroomnya dengan Kanza, lelaki itu baru tersadar akan maksud dari perkataan Jisung.
"Zahra, awas ya lo!" Zahra hanya tertawa melihat Mark yang sekarang salah tingkah.
"Cerita Mark, perasaan temen sekolah kita gak ada yang namanya Kanza deh," sahut Renjun.
"Kanza anak SMA sebelah, pacaran dari kelas 11."
"Wah, parah lu gak cerita."
"Dulu gue kelas 11 ikut geng DEAX, gue kenal Kanza dari Alzi, terus deket lama-lama gue suka dan ya gitu pacaran," jelas Mark.
Semuanya tercengang mendengar cerita Mark. Gila aja, 2 tahun pacaran dan apa tadi kata Mark? Dia ikut geng motor DEAX yang terkenal suka tawuran itu?
"Gue gak nyangka, kalau Mark, penyuka semangka ini, pernah ikut geng motor," celetuk Zahra.
"Waktu itu, gue belum ketemu kalian, jadi gue masih nyari jati diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask | Jeno ✔️
Teen Fiction[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen .... Lo cuma obsesi, lo nggak cinta sama gue!" "Gue cinta dan selamanya akan sama seperti itu." *** Jeno Razka tidak rela bila sahabatnya seka...