Hmmm votenya makin turun nih.
Ayok di vote dulu sebelum baca.Happy Reading ♥
Jeno berdiri di balkon kamarnya. Dia menatap langit pagi hari ini yang terlihat tidak bahagia melihat dirinya meninggalkan tanah kelahirannya itu. Ya benar. Hari ini, hari terakhir dia berada di Indonesia.
Pukul 7, Taehyung akan menjemputnya. Hanya dia, Taehyung dan Jaehyun yang mengetahui keberangkatan tiba-tiba ini. Anak OD lainnya tidak ada yang mengetahui soal keberangkatan Jeno ke London. Jeno tidak ingin teman-temannya tahu terutama Zahra.
Semalam dia sudah mengirimkan pesan kepada Jaehyun agar pria itu tidak memberitahukan keberangkatannya ke Zahra.
Menghembuskan nafasnya pelan. Jeno berbalik dan masuk ke dalam kamar. Tidak lupa dia kembali menutup pintu balkon dan menutup tirai di sana. Membuat cahaya mentari yang redup semakin tidak bisa masuk ke dalam ruangan serba hitam putih itu.
Backpack dan koper sudah siap di atas tempat tidurnya. Semalam dia sangat ingin memarahi Taehyung, dia sampai tidak tidur karena harus mengemasi semua barangnya. Padahal Taehyung bilang semua sudah siap, tapi apa? Dia masih harus mengurus semua keperluannya sendiri.
Jeno turun dan meletakkan koper serta backpack nya di dekat meja ruang tamu. Bersamaan dengan itu, ayahnya baru saja keluar dari dapur.
Kening papanya terlihat berkerut saat melihat penampilan Jeno pagi ini dengan tas besar dan koper yang tak pernah pria itu lihat.
"Kamu mau kemana?"
Jeno tersenyum tulus lalu meraih telapak tangan ayahnya. Dia mencium punggung tangan itu. Punggung tangan yang sarat akan urat syaraf di sana.
"Jeno pamit."
"Jangan aneh-aneh kamu! Mau kemana?" Papanya terlihat terpancing emosi saat tidak mendapatkan jawaban yang tepat dari anaknya.
"Aku mau ke London, Pa. Maaf kalau selama ini Jeno gak pernah jadi anak yang papa inginkan. Maaf."
"Buat apa kamu ke sana? Perusahaan kita gak ada masalah di sana? Lagipula bukannya kamu menolak untuk dipindah tugaskan ke London?"
Memang benar, dahulu papanya meminta Jeno untuk mengurus perusahaan mereka di London. Tapi karena Jeno masih ingin di Indonesia, laki-laki itu menolak dan lebih memilih mengurus perusahaan yang ada di sini.
"Aku ke sana buat berobat, Pa."
"Kamu—"
"OCD, Obsessive Compulsive Disorder. Dokter menyarankan aku untuk psikoterapi di London. Selain menjauhkan aku dari penyebab utama OCD, dia juga mau bawa aku ke lingkungan baru, yang mungkin bisa menjadikan aku jadi pribadi yang lebih baik."
Pria dewasa itu bungkam. Ada rasa terkejut kala mengetahui bahwa anaknya memiliki gangguan mental.
Obsessive Compulsive Disorder.
Itu bukan penyakit main-main. Apabila sampai Jeno harus diterapi seperti itu, maka sudah jelas penyakitnya tidak bisa dikatakan biasa.
"Sejak kapan?"
"Aku juga gak tahu, Pa. Semenjak kepergian Mama aku takut, aku takut orang lain juga pergi ninggalin aku. Aku mau semua orang yang aku sayangi harus ada di tanganku bagaimanapun caranya ... "
" ... Termasuk Zahra, aku gak mau kehilangan Zahra. Aku benci lihat dia dekat sama orang lain. Beberapa bulan lalu, aku hampir pukul Zahra hanya karena obsesiku ke dia. Di sini, di rumah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask | Jeno ✔️
Teen Fiction[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen .... Lo cuma obsesi, lo nggak cinta sama gue!" "Gue cinta dan selamanya akan sama seperti itu." *** Jeno Razka tidak rela bila sahabatnya seka...