[24] Hello, My Future

1.6K 190 23
                                    

Keadaan rumah Zahra sedang sepi. Hanya ada dirinya di rumah itu, mamanya baru saja pergi untuk reuni dengan teman semasa SMA nya, 2 minggu yang lalu Hendery kembali ke London untuk melanjutkan pekerjaannya di sana. Dan papanya sudah pasti sibuk dengan berkas-berkas di kantornya yang tidak akan pernah selesai itu.

Merasa bosan di rumah, gadis itu meraih jaket putih dan juga dompet. Tidak lupa ponsel yang ia masukkan ke dalam training putihnya.

Melangkah keluar dan tidak lupa juga menutup pintu, gadis itu berjalan dengan santai menuju mini market yang tidak jauh dari rumahnya.

Udara pagi ini cukup sejuk, mungkin karena hari libur membuat minimnya aktivitas bermotor yang biasanya di dominasi oleh anak sekolah. Hari ini tepat satu bulan gadis itu libur semester. Masih tersisa 2 bulan lagi sepertinya. Karena dari universitasnya juga belum ada pengumuman untuk pengurusan KRS¹.

Suara deru motor dari arah berlawanan sempat ia tidak sadari, sampai motor itu berhenti tepat di depannya bahkan hampir menubruknya ia baru terkejut dan sedikit menghindar.

Pemilik motor itu turun dari motornya setelah membuka helm yang melekat dikepalanya.

"Hai, long time no see." Senyuman manis yang bahkan bisa membuat kaum hawa berteriak sudah tidak berpengaruh pada Zahra. Dua minggu telah berlalu semenjak Jaemin ke rumahnya saat itu, tidak ada kabar apapun dari pacarnya, bahkan serentet pesanpun ia tidak dapatkan.

Grup chat One Dreams juga terlihat sepi, mungkin hanya sebatas chat singkat dari Haechan, Mark dan Jisung yang membahas tentang pertandingan sepakbola antara Manchester United dan lawan beratnya Chelsea, itu pun kemarin malam.

"Kok diem aja? Lo gak kangen gitu sama gue?" Lamunan Zahra terbuyarkan dengan Jeno yang mengayunkan telapak tangannya di depan wajahnya.

Menghembuskan napas pelan, Zahra bergeser ke samping, melanjutkan langkahnya ke mini market sebelum tangannya ditahan oleh Jeno.

"Mau lo apa?" tanya Zahra, mencoba tetap bersabar.

Mengangkat bahunya, lalu laki-laki itu berkata. "Ke mini market kan? Gue anter deh."

"Gak perlu gue bisa sendiri."

"Oh, lo nolak?" Zahra mengerutkan keningnya tatkala melihat Jeno yang mengangkat tangannya yang digenggam laki-laki itu ke depan wajahnya dengan membalik-bailkkannnya sebentar.

"Kayaknya udah lama tangan lo baik baik aja ... " Jeno menghentikan ucapannya lalu melirik sebentar ke arah gadis itu.

Mengusap pergelangan tangan Zahra dengan ibu jarinya, "Cepet juga ruam merah itu hilang." lanjutnya kemudian.

Zahra menarik tangannya cepat saat paham maksud dari ucapan Jeno. Membalikkan badannya ia mencoba mengacuhkan Jeno dengan segera pergi dari hadapan laki-laki itu.

Jeno tersenyum, kembali menaiki motornya dan mulai mengikuti langkah Zahra dari belakang.

Hingga kini Zahra berada di rak minuman, Jeno masih saja membuntutinya dari belakang sampai gadis itu ingin membayar belanjaannya.

Keluar dari mini market. Gadis itu yang semula ingin duduk di meja depan mini market menjadi mengurungkan niatnya. Ia memilih kembali pulang agar bisa menghindar dari Jeno.

Tapi yang namanya Lee Jeno, ia tetap kukuh mengikuti Zahra sampai rumahnya.

Sudah kepalang kesal, Zahra menghembuskan nafasnya kesal dan berbalik. "Lo maunya apa?" tanya Zahra pelan.

Hanya mengendikkan bahu membuat Zahra berdecak. "Gue mau ngomong sama lo Jen. Masuk ke rumah dulu."

Jeno mengikuti Zahra hingga mereka kini berada di ruang tamu rumah gadis itu.

Mask | Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang