Sekali saja kamu berbuat buruk, tidak akan ada orang yang percaya lagi kepadamu, meskipun kamu mengatakan telah berubah.
✍️ ShallLty
Bulan malam ini tertutupi awan mewakili perasaan seorang laki-laki yang kini tengah duduk di halaman belakang rumahnya. Sudah sejak dua jam yang lalu, dia termenung. Banyak sekali bayangan tentang kejadian beberapa hari lalu, ia merasa menyesal mengatakan hal itu. Tapi ... di sisi lain ia merasa benar telah melakukannya.
Suara langkah kaki yang kian mendekat diikuti seseorang yang kini duduk di sampingnya. "Lo gak bisa jaga amanah gue."
Renjun, laki-laki yang awalnya tidak sadar akan keberadaan kakaknya itu, menjadi terkejut dan menatap Hyunjin. "Amanah apa?"
"Apa lo bener bener amnesia. Gue minta buat lo jagain Zahra ... Tapi nyatanya, lo lebih percaya sama temen licik lo." Renjun mengerutkan keningnya saat mendengar Hyunjin mengatakan kalimat tersebut.
"Jaga kata-kata lo, bang. Bukti udah nunjukin kalau Zahra salah. Lagi pula Zahra gak ada pembelaan sedikitpun, itu artinya dia beneran manfaatin gue dan yang lainnya."
Senyuman remeh terlihat di bibir Hyunjin, ia menepuk pundak adiknya dengan pelan. "Percaya sama gue, Zahra bukan cewek munafik. Dia mungkin difitnah, cari bukti dulu jangan percaya dari satu sumber."
Renjun menarik tangan Hyunjin dari pundaknya menghempaskan hingga tangan laki-laki itu terlepas. "Lo gigih banget bela Zahra, apa bener lo emang suka sama dia?"
Tidak kunjung menjawab pertanyaan Renjun. Laki-laki itu berdiri dari posisi duduknya, menepuk belakang tubuhnya yang kotor sehabis duduk di rumput. Ia menatap Renjun dengan serius, "Kalau semua terbukti sesuai sama apa yang gue ucapin malam ini, gue minta lo buat minta maaf sama Zahra dan jangan pernah deketin dia lagi."
"Apa urusan lo?" tanya Renjun dengan nada yang sudah terdengar naik satu oktaf.
Mengangkat bahunya pelan, Hyunjin berbalik dan kembali masuk ke dalam rumah meninggalkan Renjun yang menatapnya tajam.
• Mask •
Hari-hari Zahra berjalan dengan sangat tenang tanpa ada gangguan dari Lee Jeno. Gadis itu kini sedang berada di Kantin Fakultas Kedokteran yang masih terlihat sepi, mungkin mayoritas mahasiswa sudah berada di dalam kelasnya.
Memang siang ini Zahra tidak memiliki kelas, sehingga membuat dirinya bisa bersantai di kantin.
"Zahra." Panggilan seseorang membuat gadis itu sedikit terkejut. Dia menemukan seorang laki-laki dengan tas ransel yang berada di bahu kanannya.
"Jaemin?" Senyuman manis itu sangat amat Zahra rindukan. Sejak kejadian di kampus waktu itu, saat Renjun memutuskan hubungannya, hanya Jaemin dan Jeno yang berusaha untuk kembali dekat dan akrab dengan Zahra. Ya ... walaupun niat dua laki-laki itu berbeda.
Jeno dengan niatnya yang ingin menjadikan Zahra sebagai miliknya dan Jaemin yang percaya kepada Zahra bahwa semua bukti itu tidak benar.
"Kok disini?" tanya Zahra saat melihat Jaemin duduk tepat di depannya dengan tas yang ia letakkan di bangku samping.
"Gue gak ada kelas." Zahra melihat gelagat aneh dari mata Jaemin. Seakan laki-laki itu seperti menyembunyikan sesuatu.
"Gak ada kelas ... Atau lo bolos?" tanya Zahra kembali.
Senyuman bodoh yang terlihat seperti seorang anak kecil ketahuan mencuri sesuatu. "Gue gak pinter bohong ya."
Suara tawa kecil terdengar dari mulut Zahra. Gadis itu menatap Jaemin gemas. "Belajar dulu sama gue, biar pinter bohongnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask | Jeno ✔️
Teen Fiction[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen .... Lo cuma obsesi, lo nggak cinta sama gue!" "Gue cinta dan selamanya akan sama seperti itu." *** Jeno Razka tidak rela bila sahabatnya seka...