[50] Perut Karet

750 99 32
                                    

Ponsel Hendery berdering menghentikan pembicaraan empat orang di meja makan ini. Si pemilik ponsel mengeluarkan benda itu dari dalam saku dan mengangkatnya sedikit sebagai tanda permintaan izin kepada si pemilik rumah.

Zahra fokus memotong apel merah yang baru saja ia ambil dari keranjang buah di tengah meja makan. Tanpa disadari dua pasang mata mengamatinya sejak Hendery berlalu pergi.

Sampai Jaehyun — salah satu oknum yang menjadi pengamat kegiatannya — menyadari sorot mata lain melakukan kegiatan yang sama dengan dirinya.

Sungchan, sepupunya, yang baru saja kembali dari toilet menghentikan langkahnya di dekat dispenser air. Manik matanya tertuju pada Zahra. Berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran Jaehyun.

Apa Sungchan tertarik kepada Zahra? pikir Jaehyun.

Jaehyun baru akan membuka mulut namun Hendery kembali dengan wajah kusutnya. Hendery meraih hoodie hitam yang ada di sandaran kursi yang sempat ia duduki tadi.

"Kita harus pergi sekarang Jaehyun, Jaehwan kecelakaan."

Jaehyun cukup terkejut mendengar penuturan Hendery. Tidak mungkin Jaehwan kecelakaan karena beberapa jam lalu sekretarisnya itu meminta izin padanya untuk menemui seseorang di Jogjakarta. Apa mungkin Jaehwan kecelakaan dalam perjalanan menuju Jogjakarta?

Jaehyun bergegas meraih kunci mobilnya dan menyerahkan ke Sungchan.

"Antar Zahra pulang. Pakai mobil gue dan jangan kebut-kebutan," pesan Jaehyun sebelum melangkah keluar.

"Zahra kakak pergi dulu, tolong bilang ke papa kalau kakak ada urusan penting sama Jaehyun."

"Hati-hati kak," teriak Zahra karena Hendery dan Jaehyun sudah keluar dari rumah sebelum gadis itu benar-benar tersadar dari keterkejutannya mendengar berita kecelakaan yang menimpa Jaehwan.

Walaupun tidak terlalu mengenal Jaehwan tapi laki-laki itu sudah pernah hadir dalam kehidupan Zahra.

Sungchan tidak berkata apa-apa. Laki-laki itu hanya memainkan kunci mobil di tangannya dan menatap lurus ke arah Zahra yang berjalan menuju sofa ruang tengah, mengambil tas dan ponselnya.

"Lo bisa antar gue pulang?"

"Of course."

Sungchan berjalan keluar diikuti Zahra di belakangnya. Mereka kini sudah berada di teras. Baru saja akan menuju garasi, tempat di mana mobil Jaehyun berada, seorang wanita paruh baya datang dengan tas keranjang di tangan kanannya.

"Den Sungchan," panggil ibu itu.

"Bi, saya titip rumah ya. Tadi Bang Jaehyun ada kepentingan. Saya mau antar dia dulu."

"Baik, den. Hati-hati ya."

Sungchan hanya tersenyum singkat. Sedangkan Zahra menunduk sopan ke arah ibu itu yang ternyata salah satu maid di mansion ini.



• Mask •




"Rumah lo masih sama kan?"

Zahra mengalihkan pandangannya dari jendela mobil dan sepenuhnya menatap Sungchan yang masih fokus menyetir.

"Sama. Memangnya lo pernah ke rumah gue?"

"Pernah. Terakhir kali ... Mmm, waktu gue umur 8 tahun, kayaknya."

Ternyata sudah lama Sungchan dan Hendery berteman. Tapi bagaimana bisa Zahra tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu?

"Kalau lo bingung kenapa kita gak pernah ketemu, gue gak bisa jawab pertanyaan itu karena jujur aja gue juga gak tau jawabannya."

Mask | Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang