Sinar mentari merambat masuk melalui celah gorden kamar, membuat si empunya terusik dengan terangnya cahaya itu. Gadis itu terbangun dan meraih jam beker yang ada di nakas.
07.00
Sepertinya sudah dua jam Zahra tertidur setelah dirinya menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.
"Sekarang Sabtu kan ya, berarti gue libur. Yaudah mau tidur lagi aja," monolog gadis itu.
Tubuhnya kembali dihempaskan keatas tempat tidur. Menarik gulingnya dan menutup mata berniat menuju ke alam mimpi.
"ZAHRA! BANGUN, KAMU ITU UDAH GEDE KOK YA BANGUNNYA SIANG!" teriak Mamanya dari luar kamarnya disertai dengan ketukan pintu.
Zahra kembali duduk dan menghela napas kasar. Bisa-bisanya waktu tidurnya diganggu. Gadis itu melangkah turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya.
"Ada apa, Ma?" tanya Zahra dengan tangannya yang masih mengusap mata kirinya.
"Kamu libur kan hari ini. Bantuin mama masak gih, kakakmu nanti makan siang disini," ujar mamanya.
"Aku kira dia udah balik London."
"Belum, minggu depan baru balik lagi ke London. Ada pekerjaan di Indonesia katanya. Udah sana kamu cepet mandi, terus turun bantu mama masak."
Zahra kembali masuk ke kamarnya tanpa menutup pintu, meraih baju yang akan ia pakai dan masuk ke dalam kamar mandi.
• Mask •
Dua puluh menit kemudian, Zahra kembali keluar dengan pakaian santai yang sudah melekat di tubuhnya. Kaus putih pendek dengan celana selutut. Rambutnya ia ikat tinggi hingga menampilkan leher jenjangnya.
Zahra melangkah menuju meja riasnya, tetapi perhatiannya teralihkan ke arah tempat tidurnya. Seorang pria dengan kaus hitam yang tengah memainkan ponselnya duduk di atas tempat tidurnya dan tidak mengetahui jika Zahra menatapnya sejak tadi.
"Renjun," panggil Zahra.
Pria itu melemparkan pandangannya kearah Zahra. Renjun tersenyum
"Ngapain ke sini, untung aja gue udah selesai." Zahra melangkah mendekat ke arah Renjun dan duduk di sampingnya.
"Bagus dong kalau belum," ucap Renjun dengan wajah jahilnya.
"Itu mah enak di lo nya, mau ngapain kesini?"
"Ngapel ke rumah pacar."
Zahra memutar bola matanya malas. Sedangkan Renjun sudah tertawa kecil melihat respon Zahra.
"Niatnya mau ajak jalan-jalan sih."
"Sekarang?" tanya Zahra.
"Nanti malem aja, kata mama lo disuruh masak kan?" ucap Renjun seraya merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur Zahra.
"Lah, terus ngapain ke sini pagi-pagi?"
"Kangen," jawab Renjun dengan mata yang fokus dengan game di ponselya.
"Alay lo. Gue turun, ikut gak?"
Zahra berdiri dan menarik tangan Renjun. Lelaki itu mengikuti Zahra dengan tangan kanannya yang masih sibuk memainkan game.
Sesampainya dia dapur, Zahra mendekati mamanya dan mulai membantu memotong wortel dan juga merebus ayam. Sedangkan Renjun duduk di meja makan.
"Lo siapa?" tanya Dery yang baru saja duduk di samping Renjun membuat lelaki itu sedikit terkejut.
"Renjun, bang."
Dery menganggukkan kepalanya, meraih toples diatas meja dan membukanya. "Mau?" tawar Dery kepada Renjun.
"Thanks bang," ucap Renjun setelah meraih beberapa keping cookies kecil.
Keduanya fokus dengan kegiatan masing-masing. Renjun yang memainkan game, sedangkan Dery yang memakan cookies kecil dan menatap Mama dan adiknya yang sedang memasak.
"Lo pacarnya Zahra?" Renjun melirik Dery kemudian menganggukkan kepalanya.
"Jagain dia," ucap Dery tiba-tiba membuat Renjun mengerutkan keningnya.
Renjun menutup aplikasi game di ponselnya dan menatap lamat ke arah Dery. Sedangkan Dery masih sibuk memakan cookiesnya.
"Bang, bisa kita bicara di luar gak?" tanya Renjun serius.
Dery menutup toplesnya dan berdiri memberi kode ke arah Renjun untuk berbicara di luar. Renjun segera bangkit dan mengikuti Dery.
Zahra yang awalnya fokus memasak tersadar bahwa Renjun sudah tidak ada di meja makan.
Kemana Renjun?
"Awas tanganmu kena pisau."
Zahra kembali fokus dengan masakannya. Sekitar 10 menit, masakan mereka sudah matang. Zahra dan mamanya menyiapkan makanan itu diatas meja makan beserta dengan pirin dan air putih.
"Kemana pacar kamu?" tanya Mamanya saat meletakkan ayam goreng disamping sayur sop.
"Gak tau Ma, aku cari dulu mungkin di teras."
Zahra melangkah keluar dan menemukan Renjun dengan Hendery berada di teras depan. Seperti sedang serius membincangkan sesuatu.
"Njun, disuruh mama masuk," ujar Zahra membuat kedua lelaki itu sedikit terkejut.
"Oke, bang gue masuk dulu ya." Hendery mengangguk.
Renjun berjalan masuk ke dalam rumah diikuti Zahra dibelakangnya. Di pintu masuk Zahra berhenti, berbalik dan menatap Hendery yang masih duduk di teras tidak berniat berdiri.
"Jangan sok deket sama temen saya," ujar Zahra
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask | Jeno ✔️
Teen Fiction[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen .... Lo cuma obsesi, lo nggak cinta sama gue!" "Gue cinta dan selamanya akan sama seperti itu." *** Jeno Razka tidak rela bila sahabatnya seka...