[18] Gara-Gara Miauw

1.6K 210 55
                                    

"Mama minta tolong beliin mi instan di mini market depan, stoknya udah habis," pinta Mama.


"Aku ganti baju dulu ya, Ma."

Zahra menuju kamarnya mengambil hoodie putih dan ponselnya. Melihat wajahnya di cermin. Tidak buruk dan tidak perlu make up. Cukup masker saja.

"Mana uangnya?" Zahra menengadahkan tangannya ke arah mamanya. Setelah selembar uang merah berada di atas tangannya barulah dia pamit untuk pergi.

Jalanan perumahannya masih sepi. Mungkin karena ini masih pukul delapan pagi. Hari Minggu seperti ini membuat Zahra bisa istirahat di rumahnya.

Tadi malam dirinya diajak keluar oleh Renjun, kekasihnya untuk ke alun-alun membeli sate ayam. Sebenarnya sempat terjadi perdebatan diantara mereka hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke alun-alun saja.

Airpods di saku hoodienya ia pasang di telinga kanannya dan mulai membuka spotify di ponselnya.

Alunan melodi dari lagu Listen yang dibawakan oleh Beyonce itu memenuhi pendengaran Zahra. Gadis itu sedikit mengalunkan lagu itu meskipun hanya berhaming.

Miauw. Miauw.

Zahra sejenak menghentikan langkahnya, melepas airpods yang ada di telinganya dan mengedarkan pandangannya.

"Tadi kayaknya ada suara kucing deh. Kok gak ada?"

Miauw.

"Lah, suaranya deket."

Zahra termasuk anak yang anti terhadap hewan lucu itu. Gadis itu sangat geli jika ada kucing yang mengeluskan kepalanya dikakinya.

"Aaaaa, kucing," pekik Zahra saat menemukan seekor kucing mendekati kakinya.

"Pergi, hush. Hush," usirnya. Tapi, kucing itu tidak pergi malah semakin mendekatinya.

"Mama, ada kucing. Gak mau," lirih Zahra. Kaki gadis itu menegang saat kepala kucing itu bergesekan dengan kulitnya.

"Buahahahaha, anjir komuk lo."

Zahra menatap lelaki yang ada di depannya, tepat di radius 3 meter menertawainya. Mata Zahra sudah hampir berkaca-kaca.

"Jisung, bantuin. Ambilin kucingnya, geli," suruh Zahra. Jisung hanya memandang Zahra dengan wajah jahilnya.

"Nggak mau ih kotor. Ambil sendiri aja."

"Jisung! Geli ini, gue nangis loh," teriak Zahra karena kucing itu semakin menempelkan kepalanya di kaki Zahra.

Jisung hanya tertawa hingga perutnya sakit. "Ayo cing, buat Zahra nangis cing. Hahaha."

"Jisung Feroga, lo jahat," ucap Zahra dengan isakan tangisnya.

Dengan sedikit menahan tawanya lelaki itu mendekat dan menggendong kucing itu.

"Jangan nangis ih, cengeng."

"Bodo."

"Kucingnya lucu loh, Ra. Liat deh," ujar Jisung seraya menunjukkan kucing itu kearah Zahra.

"Jangan deket-deket." Jisung tertawa, melihat mata Zahra yang sudah memerah.

"Lo mau kemana?" tanya Jisung dengan tangannya yang setia mengusap bulu kicing itu.

"Mini market. Gue duluan." Zahra melangkah meninggalkan Jisung.

"Ikut, neng," ujar Jisung. Lelaki itu menyamakan langkahnya dengan Zahra, masih dengan kucing yang ada digendongannya.

Mask | Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang