[44] Perasaan Lama

924 125 23
                                    

"Kita sebagai cowok bukannya gak peka. Tapi kita tahu, siapa yang harus dikasih perhatian, siapa yang nggak" - Zhong Chenle



Agustus 2018

Sebuah ruangan yang sangat ricuh dengan suara siswi yang saling berdebat memperebutkan seorang laki-laki untuk masuk ke dalam kelompoknya serta suara seorang wanita tua yang mencoba mengondisikan kelas ini.

Kelas XII IPA 2, bukan kelas yang didominasi oleh siswa pintar ataupun teladan. Kelas ini campuran dari anak famous, anak bobrok, anak pintar dan anak telmi serta siswa yang fanatik dengan sebuah girl group dari negeri ginseng.

"Sudah sudah, kita lanjutkan materinya!" tengah Bu Ridi yang masih tidak dipedulikan oleh dua gadis yang duduk sederet.

"Ndak bisa bu, Jeno satu kelompok sama saya. Ya kan Jen?" ujar seorang gadis dengan rambut yang diikat apel.

"Gak bisa gitu woi! Gue udah ngajak Jeno duluan," sahut gadis yang lain dengan kepalanya yang menengok ke belakang seraya menunjuk sang laki-laki yang menjadi topik perdebatan mereka.

"Zahra, Zoya! Sudah, kok malah rebutan Jeno." Zahra tersenyum malu ke arah Jeno dan memundurkan kursinya ke belakang hingga membuat Zoya mengumpat pelan karena tempat duduknya semakin sempit.

"Maaf bu," ujar Zahra dengan senyum semanis mungkin.

Pelajaran kembali dilanjutkan, hingga lonceng pertanda istirahat berbunyi Zahra merapikan alat tulis dan bukunya ke dalam tas dan meraih tumblr di samping backpack nya.

"Kantin?"tanya Jeje, gadis bertubuh tinggi dan berkulit putih yang sudah tiga tahun ini menjadi sahabat dekatnya.

"Nggak deh." Jeje mengangguk dan berjalan keluar mengejar Zoya yang akan menuju kantin, tapi panggilan dari Zahra membuat langkahnya berhenti.

"Je, udah ngomong ke Jeno masalah kelompok?" tanyanya.

"Belum, nanti aja setelah dari kantin, laper gue." Zahra mengangguk dan menenggak air di dalam tumblr nya begitu juga Jeje yang melanjutkan langkahnya menuju kantin.

Suasana kelas terbilang cukup tenang, hanya beberapa siswa yang masih setia berada di kelas, salah satunya Jeno. Laki-laki itu memilih berkumpul dengan teman laki-lakinya yang tak lain adalah Renjun dan Chenle di pojok kelas.

Sudah bisa kalian tebak mereka sedang apa dengan ponsel yang mereka posisikan landscape.

Zahra yang tidak ada minat sama sekali untuk ke kantin memilih keluar kelas dan duduk di kursi depan koridor, seraya memainkan ponselnya, hingga Jeje kembali dengan sekantung plastik berisikan roti abon dan sekotak susu pisang.

"Tumbenan lo ngasih gue begini?" ujar Zahra yang sudah meraih plastik itu dan membuka isinya.

"Soalnya bukan duit gue," jawab Jeje.

"Lah terus ngapain dikasih ke gue?" Zahra kembali menatap sahabatnya itu penasaran.

"Ntah, ada cowok nitip katanya buat lo."

Zahra memilih tak ambil pusing selagi itu halal. Ia mulai menghabiskan makanan dan minuman itu sebelum bel masuk berbunyi.

"Lo suka sama Jeno?" Pertanyaan Jeje sukses membuat Zahra tersedak minumannya. Gadis itu berlari menuju wastafel terdekat dan terbatuk di sana, diikuti suara tawa Jeje yang semakin mendekat dan tangan gadis itu yang menepuk punggungnya.

"Sialan Je!" umpat Zahra. Mereka kembali duduk di kursi awal dengan Zahra yang menghadap ke arah lain.

"Jangan salting gitu ah! Gue tau, gak mungkin seorang Zahra, kesayangan guru, memperebutkan Jeno Razka sebegitunya di depan guru," ucap Jeje dengan gerlingan nakal.

Mask | Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang