[45] Mengukir Kenangan ⚠️

1.7K 153 62
                                    

내가 바라는 단 한가지
(Satu hal yang ku inginkan)

니가 내곁에 있어주는 것
(Kau berada di sisiku)

니가 날 보며 웃어주는것도
(Kau tersenyum padaku)

내 얘길 들어주는것도
(Kau mendengarkan ceritaku)

난 그걸로도 충분한데
(Itu sudah cukup bagiku)

- Say Yes, Punch













Zahra tersenyum menatap wajah laki-laki di sampingnya yang tengah berbaring dan memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Suara gemericik air diikuti kicauan burung yang saling bersahutan membuat atmosfer di sekitar terasa sangat sejuk. Zahra merebahkan tubuhnya di atas rerumputan hijau hingga kepalanya sejajar dengan Jeno.

"Makasih udah bawa gue ke sini," gumam Zahra seraya memejamkan mata dan mulai menikmati suasana nyaman ini.

Sudut bibir Jeno terangkat, laki-laki itu tersenyum dan menolehkan kepalanya ke samping tepat dimana Zahra berada. Jarak mereka hanya berkisar 20 cm membuat detak jantung Jeno berdetak semakin kencang.

Melihat wajah damai gadis itu diikuti senyuman tipis di bibirnya membuat detak jantung Jeno bekerja tidak normal.

Tidak bisa dipungkiri bahwa rasa sukanya kepada Zahra masih belum hilang sepenuhnya. Ia masih merasakan rasa itu ... bahkan hingga detik ini. Tapi, ia sadar ... tak ada lagi harapan untuk dirinya dan Zahra.

Zahra bukan takdirnya, begitupun dirinya yang bukan takdir untuk Zahra. Saat ini, ia hanya bisa bersyukur karena sudah di pertemukan dengan Zahra, si gadis manis penyembuh lukanya.

Di saat Jeno masih fokus memandang wajah gadis itu, tiba-tiba Zahra membuka matanya dan menatap ke arah kanan. Retinanya terkunci pada mata tajam dan teduh milik laki-laki tampan itu.

Jika bisa memilih, Zahra ingin waktu berhenti saat ini juga. Ia masih ingin memandang mata indah itu selama mungkin.

Netra Zahra turun menelusuri hidung mancung hingga kini tertuju pada bibir lembab berwarna pink yang sedikit terbuka.

Entah bius atau memang efek dari suasana yang mendukung, tatapan mereka terkunci satu sama lain, saling mendekatkan wajahnya hingga deru napas mereka beradu.

Semakin dekat sampai hidung mereka bersentuhan, suara kicauan burung semakin terdengar samar, bahkan suara gemercik air bagai pengiring langkah mereka.

Mata mereka saling menutup diikuti dengan sebelah tangan kekar milik sang laki-laki yang singgah di pinggang si gadis, berusaha mengikis jarak di antara mereka.

Satu ...

Dua ...

Tiga ...

Seperti ada kupu-kupu berterbangan di perutnya, gadis itu mendorong dada Jeno bersamaan dengan dirinya yang merasakan sesuatu bergetar di saku laki-laki itu.

Jeno menatapnya terkejut dan mencoba meminta penjelasan melalui tatapannya. Momen beberapa detik yang lalu, yang sempat membuat jantung mereka berdetak tak wajar harus berakhir dalam satu detik.

"Ponsel," ucap Zahra.

Jeno berdiri dan meraih ponselnya. Laki-laki itu menggeram kesal saat mengetahui siapa yang telah mengganggu momen indahnya, padahal hanya tersisa 1 inci, mereka akan menuju puncak kebahagiaan.

Mask | Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang