"Lo takut sama gue?"
Zahra menatap laki-laki di sampingnya dengan tatapan bingungnya. Lain halnya dengan Jeno yang kini mengarahkan pandangannya ke arah lain.
Cukup lama gadis itu terdiam, ia baru menyadari maksud ucapan Jeno. Gadis itu terkekeh kecil membuat Jeno menoleh kepadanya.
"Kata siapa gue takut sama lo Jen?" ujarnya dengan senyuman yang masih terpatri di bibirnya.
"Sikap lo nunjukin kalau lo masih ada rasa takut sama gue, Ra," lirih laki-laki itu dengan kepalanya yang kini sudah menunduk.
Zahra tersenyum dengan tulus. Jujur, ia semakin yakin jika Jeno benar-benar sudah berubah. Rasa khawatirnya tentang mimpi yang ia alami tadi pagi lambat laun runtuh. Tergantikan dengan rasa baru yang Zahra pun tidak tahu apa itu.
Tangan gadis itu terangkat, menyentuh kepala Jeno. Mengusapnya pelan dengan tatapan yang setia mengarah kepada laki-laki itu. Suasana hening, hanya semilir angin yang menerpa kedua insan yang sama-sama merasakan degup jantung yang tidak biasa.
Laki-laki itu, Jeno, terdiam merasakan usapan kecil di kepalanya. Ia merasakan ketenangan sejenak. Rasa khawatir akan ketakutan Zahra kepadanya kini hilang. Ia memejamkan kedua matanya menikmati usapan lembut itu.
"Gue percaya sama lo Jen. Gak ada rasa takut ataupun terancam." Jeno mendengar semua kata yang terucap dari bibir manis gadis di sampingnya. Senyum tipis terbit di bibirnya, laki laki itu meraih tangan Zahra di atas kepalanya dan menggenggamnya erat.
Jeno menatap lamat manik cantik di depannya itu. Pupil mata berwarna kecoklatan itu seakan terbius dengan tatapan laki-laki itu.
"Makasih, makasih banyak Ra," kata laki-laki itu.
• Mask •
"Mana Jeno?" tanya Renjun. Ia baru saja keluar dari dalam kamar mandi, langsung menghampiri teman-temannya yang masih menghabiskan cemilan yang baru saja Mama Jisung berikan.
Haechan yang sibuk mengunyah makanan itupun mengangkat tangannya. Menunjuk ke belakang tubuhnya, tepat dimana pintu utama berada. Renjun yang melihat itu mengerutkan keningnya, ia tidak paham maksud dari tangan Haechan. Sedangkan Haechan sudah semakin melotot sambil menunjuk pintu keluar.
Mark yang melihat Haechan bertingkah seperti itu memukul kepala Haechan sedikit keras. Membuat laki-laki itu terbatuk-batuk karena tersedak keripik kentang.
"Gak ada akhlak!" umpat Haechan setelah meminum air putih milik Chenle.
"Kemana Jeno?" tanya Renjun lagi.
"Di depan sama Zahra," sahut Jaemin.
Renjun mengangguk, ia meraih kunci motornya dan ponsel miliknya, setelah itu ia berjalan keluar. Betapa terkejutnya ia menemukan dua manusia yang berpegangan tangan di teras. Saling menatap dalam diam.
Mendengus kecil, laki-laki itu melangkah mendekat dan berdiri di samping Jeno. "Heh mantan! Udah dapet pengganti baru ya lo." Celetukannya berhasil membuat Jeno dan Zahra melepaskan genggaman tangan mereka.
"Apa sih?" sahut Zahra dengan nada yang sedikit tidak terima.
"Gue belum ada pengganti nih, lo udah gandeng Jeno aja. Gak kasihan sama gue?" ujar laki-laki itu. Renjun menyandarkan tubuhnya di pilar putih menghadap ke arah dua temannya itu.
"Cari cewek makanya, jangan jadi jomblo ngenes deh," jawab Zahra.
Jeno yang berada di dalam perdebatan panas dua pasang manusia yang sudah menjadi mantan pacar ini, memilih diam dan tersenyum kecil saat melihat Renjun yang sepertinya ter-skakmat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask | Jeno ✔️
Teen Fiction[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen .... Lo cuma obsesi, lo nggak cinta sama gue!" "Gue cinta dan selamanya akan sama seperti itu." *** Jeno Razka tidak rela bila sahabatnya seka...