[23] Sepertinya Bertahan Adalah Pilihan

1.5K 180 22
                                    

Suara ketukan pintu membuat seorang gadis yang tengah tertidur di balik selimut hangatnya terbangun. Ia melihat jarum jam yang menunjukkan pukul 11 siang.

Mengumpulkan kesadarannya sebentar lalu turun dari kasur. Membuka pintu kamar miliknya ; menemukan Hendery yang berdiri dengan piyama hitam melekat di tubuhnya.

"Kenapa?" tanya Zahra saat Hendery tak kunjung bicara.

"Ada teman kamu di bawah."

Zahra terlihat mengerutkan keningnya. Ia merasa tidak memiliki janji dengan teman-temannya. Tanpa mengatakan apapun, ia mendorong pelan tubuh Hendery agar menyingkir dari hadapannya lalu berjalan menuju ruang tamu.

Ia menemukan sosok laki-laki yang berdiri di depan dinding kaca yang langsung mengarah ke taman depan.

Ia menemukan sosok laki-laki yang berdiri di depan dinding kaca yang langsung mengarah ke taman depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zahra berjalan ke arah sofa, meraih bantal dan meletakkannya di paha.

"Ada apa?" Jaemin mengalihkan pandangannya ke arah Zahra yang kini kembali memejamkan matanya.

Laki-laki itu menunduk, menghela napas panjang lalu berjalan menghampiri Zahra. Tangan kekarnya mengusap pelan rambut Zahra hingga gadis itu membuka matanya kembali.

"Maaf," ucapnya lalu duduk di samping gadis itu. "Gue gak gak bisa belain lo. Jeno punya cara licik buat gue gak bisa berkutik," lanjutnya mendesah napas kesal.

Zahra menatap tepat pada manik laki-laki di depannya. Hingga ia tersadar dengan maksud kalimat yang laki-laki itu lontarkan.

Jeno? Apa dia udah bongkar semuanya?

"Lo kenapa tadi gak ke kafe bang Doy? Mereka jadi semakin percaya sama rekaman itu."

Zahra lupa jika hari ini Chenle meminta anak OD untuk bertemu di kafe Doyoung. Sepertinya dengan ketidakhadiran Zahra maka membuat mereka jadi mempercayai rekaman itu

Tangan Jaemin setia mengusap puncak kepala Zahra hingga gadis itu meraih dan menurunkan tangan Jaemin dari kepalanya.

Menunduk dalam diam, ia menghela napas panjang dan menatap Jaemin dengan senyuman yang terlihat tegar.

"Boleh ceritain apa aja yang terjadi tadi di kafe kak Doy?" Jaemin diam membisu dan matanya terlihat tidak yakin dengan permintaan Zahra. Sampai gadis itu menganggukkan kepalanya membuat Jaemin mengalihkan pandangan.

Flashback on

Ketujuh laki-laki yang kini sudah berkumpul di meja yang letaknya di sudut kafe. Canda gurau masih terdengar antara Mark dan Haechan disana. Namun berbeda dengan dua remaja laki-laki terkaya di negara ini, Renjun dan Chenle.

Keduanya terdiam dengan ponsel ditangannya yang sedari tadi mereka mainkan. Walaupun tidak ada aktivitas selain membuka tutup lockscreen.

Mask | Jeno ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang