Bab 1 | Seleksi Debat

364 28 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


"Dalam jarak jauh pun kamu mampu membuat jantung ini berdebar."

–KhanFa–

Hari ini akan diadakan seleksi debat bahasa inggris yang bertempat di aula. Para murid berbondong-bondong berjalan menuju aula untuk menyaksikan kegiatan tersebut. Di dalam aula para panitia dari OSIS sedang sibuk dengan tugas masing-masing.

Ayu berjalan cepat memasuki kelas, lalu menghampiri kedua temannya yang asyik berbincang di dalam kelas.

"Naf, Za. Ayo, ke aula, acaranya udah mulai," ajak Ayu antusias. Nafdhita dan Khanza saling tatap.

"Kalian aja," balas Khanza.

"Oh, tidak bisa seperti itu, dong. Kamu juga harus ikut!" Ayu nampak tak terima jika Khanza menolak ajakannya.

"Ayo, Za." Nafdhita berdiri, tangannya menarik pelan tangan Khanza.

Khanza menghela napas berat. Mau tak mau ia pun beranjak. "Sebentar aja." Ayu tersenyum lebar. Ketiganya berjalan bersama menuju aula.

Mata Khanza menatap orang-orang yang berdiri di pelataran aula. Ayunan langkah Khanza terhenti di atas tangga terakhir dekat aula membuat kedua temannya pun refleks mengikutinya berhenti.

"Ada apa?" tanya Ayu heran, pasalnya mereka belum sampai tempat tujuan.

Khanza menatap Ayu dengan tatapan memelas. "Kalian aja yang masuk, aku mau balik ke kelas," ujar Khanza pelan.
Mendengar itu Ayu langsung mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Khanza.

"Ooh, mau balik ke kelas sendiri, ya? emang berani leweatin mereka?" perempuan itu memutar kepala, menatap ke arah bawah tangga yang sudah penuh dengan gerombolan anak laki-laki yang duduk dan berjejer di anak tangga.

Khanza mengikuti arah pandang Ayu, menelan Saliva dengan susah payah saat melihat gerombolan anak laki-laki yang sebagian menggoda anak perempuan yang melewati mereka.

"Jadi, mau balik sendiri? Nanggung, lho, ini tinggal masuk aja," tanya Ayu. Khanza beralih menatap Nafdhita berusaha meminta bantuan. Namun, Nafdhita hanya mengedikkan bahu. Menyebalkan memang.

Helaan napas pasrah terdengar dari perempuan yang berdiri diantara kedua temannya, dan akhirnya Khanza mau memasuki aula yang di luar pun sudah sangat ramai oleh para murid.

"Tapi, sebentar aja, ya?" pintanya.

Ayu tak menjawab, ia lebih memilih menggandeng Khanza agar cepat memasuki aula karena ia takut sosok yang sangat ia tunggu akan terlewatkan penampilannya.

Mereka melewati beberapa orang yang berdiri di dekat pintu samping aula. Setelah berhasil masuk, ketiganya menyapu pandang mencari tempat duduk yang kosong. Semua kursi bagian depan hingga tengah sudah penuh membuat Ayu mendesah kecewa.

KhanFa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang