Bab 22 || Spesial, Macam Martabak

71 12 12
                                    

Seperti yang sudah direncanakan, hari ini mereka akan mendekor stand yang sudah disediakan pihak sekolah untuk acara pagelaran nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti yang sudah direncanakan, hari ini mereka akan mendekor stand yang sudah disediakan pihak sekolah untuk acara pagelaran nanti. Tidak semua murid kelas Khanza membantu mendekorasi apalagi yang jarak rumahnya jauh.

Pukul lima sore, sebagian murid yang rumahnya dekat memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sebelum kembali lagi selepas mmagrib. Ketiga teman Khanza akan ikut pulang ke rumahnya karena malam ini mereka akan menginap.

Khanza meminta izin untuk menemui Ressa sebentar di kelasnya.

"Mau pulang gak?"

"Aku udah pulang ashar tadi, aku kira kamu udah pulang," jawab Ressa.

"Ya udah, Zara pulang sama yang lain, bye, Ca!" Perempuan berseragam batik itu berlaku meninggalkan kelas Ressa yang begitu ramai.

"Ya udah, Zara pulang sama yang lain, bye, Ca!" Perempuan berseragam batik itu berlaku meninggalkan kelas Ressa yang begitu ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Pukul setengah tujuh malam, mereka tiba di sekolah yang sudah disulap dengan banyak stand yang berdiri berjejer, lampu-lampu yang menyala di setiap sudut, dan dekorasi menarik di setiap jenggal gedung.

"Hei, kalian! Sini!" seru Fathah dari dalam stand kelas. Laki-laki itu sedang menempelkan hiasan di bagian sisi stand.

"Jomblo, nih?" celetuk Ayu karena hanya Fathah yang berada di sana.

"Tadi iya, sekarang enggak karena ada lo pada," sahut Fathah, atensinya tak beralih dari kegiatan menempel hiasan.

"Yang lain ke mana?" Nafdhita duduk di kursi samping Fathah.

Fathah tak langsung menjawab, ia lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Laki-laki itu kemudian duduk bersandar pada sanggahan kursi.

"Kenapa nanya yang lain, yang jelas gak ada? Tanya gue aja yang jelas ada di samping lo," pungkas Fathah. Nafdhita mengedikkan bahu tak acuh lalu memalingkan wajah.

"Gak ada space spesial gue di hati lo, Ta?" Fathah memandang lekat perempuan di sampingnya yang masih setia menatap ke lain arah. Laki-laki itu mengembuskan napas kasar karena sadar telah mengungkapkan harapnya atas balasan rasa secara tidak langsung.

KhanFa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang