Bab 13 | Jangan Terlalu

76 11 9
                                    

"Jangan terlalu berharap lebih, karena belum tentu si dia juga punya rasa yang sama denganmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan terlalu berharap lebih, karena belum tentu si dia juga punya rasa yang sama denganmu."

—Khanfa—

"Khanza."

Khanza yang sedang membaca langsung mebdongak menatap orang yang memanggilnya. Alif berjalan menghampiri.

"Dipanggil Bang Rafa," ujarnya yang dibalas anggukan oleh Khanza. "Dia di luar, tuh." Laki-laki itu menujuk pintu kelas.

"Oke, terima kasih, Alif," balas Khanza. Lantas beranjak dari duduknya.

"Em ... ada apa, ya, Bang?" tanya Khanza to the poin ketika sudah berada di luar kelas.

Rafa menoleh dengan seulas senyum simpul. "Nanti ada acara Maulid Nabi, kamu jadi sekretaris sama Faizal, ya."

Ucapan Rafa membuat Khanza terkejut bukan main. Apa katanya? Jadi sekretaris? Ah, itu bukan masalah besar, tetapi menjadi sekretaeis bersama Faizal lah yang akan menjadi masalah besar. Acara Maulid Nabi akan diselenggarakan sekitar tiga minggu lagi. Dengan ia menjadi sekretaris bersama Faizal, otomatis mereka akan intens bertemu. Bagaimana jika dirinya tak mampu mengendalikan rasa dalam hati?

"Jadi, mau, ya?" Suara Rafa ko menarik kembali konsentrasi Khanza.

Perempuan yang kini berdiri di depan Rafa itu gelagapan. "Em ... kenapa Khanza? Kan, banyak anggota lain dan kakak kelas?" tanyanya ragu.

"Ini udah kesepakan kakak kelas. Kemarin kami mengadakan rapat kelas dua belas dan yang terpilih adalah kamu dan Faizal sebagai sekretaris. Saya harap kamu tidak menolak," jelas Rafa. Memang benar, kemarin selepas pulang sekolah, anggota Rohis kelas duabelas mengadakan rapat untuk membahas panitia inti untuk kegiatan Maulid Nabi tahun ini. Sebetulnya, yang merekomendasikan Khanza sebagai sekretaris adalah Rafa sendiri.

Menghela napas berat. Akhirnya Khanza mengangguk menyetujui. Rafa tersenyum, akhirnya perempuan di depannya menyetujui.

"Oke, saya sudah memberitahu Faizal. Kalian bisa mulai membuat proposal besok. Jika ada kesulitan bisa tanyakan pada saya atau yang lain," ucapnya sambil menatap Khanza sekilas.

"Baik, Bang."

"Kalian pasti bisa. Semangat!" Setelah mengatakan itu, Rafa pamit kembali ke kelasnya.

Khanza menghela napas berat. Mengapa harus dirinya yang ditunjuk sebagai sekretaris? Padahal banyak anggota yang lebih aktif darinya. Ia pun memilih kembali masuk kelas.

 Ia pun memilih kembali masuk kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KhanFa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang