***
"Terkadang mulut sulit untuk mengucapkan sesuatu. Namun, binar mata selalu mampu mengatakan apa isi hati dan pikiran."
—akhanfa—
***
Pagi ini Khanza berangkat sekolah hanya bersama Ressa karena Fuji sudah berangkat lebih dahulu. Keduanya riba di sekolah pukul 06. 17 WIB.
Suasana sekolah masih agak lenggang. Kelasnya pun masih sepi, hanya ada beberapa murid saja yang sudah datang karena piket.
Getaran di saku rok membuat Khanza mengalihkan fokus dari buku. Merongoh saku mengambil ponsel.
0853xxxxxxxx
[Save no aku ya]
Mengerinyit bingung membaca pesan dari nomor asing itu. Tidak ada bio dan poto profil membuat perempuan itu mengabaikan pesan tersebut.
[Kenapa cuma di read? Bales dong]
[Oh ya, ini aku Riza. Save ya Zara. Awas, kalo gak di save]
Khanza mengangguk-angguk saat tahu siapa si pengirim pesan. Kemudian mengetik sebuah balasan.
[Oke]
[Dimana? Udah di sekolah?]
[Udah]
[Rajin bener, jam segini udah di sekolah,Neng. Aku mandi dulu. Sampai jumpa di kelas😁]
Khanza memutar kepala, melihat jam dinding kelas yang menunjukkan pukul 06.23 WIB. Perempuan itu geleng-geleng kepala tak habis pikir dengan kelakuan temannya. Masa jam segini baru mandi? Padahal sudah siang. Anak sultan memang beda.
Tak berselang lama, satu per satu teman-temannya datang. Seperti biaaa, kedatangan Ayu selalu membawa kehebohan.
"Via mana?" tanyanya.
"Tadi, kan, kita ketemu di jalan. Dia ke ruang OSIS," sahut Nafdhita malas. Padahal tadi mereka berpapasan dengan Via dan Fuji di dekat lapang utama sekolah.
"Basa-basi aja." Ayu mendudukan diri di kursinya. "Btw, ternyata yang jadi perwakilan hari ini, tuh, cuma Bang Rafa, Bang Al sama Faizal doang, lho. Makin gak sabar nonton nereka," jelas Ayu dengan nada bicara yang begitu riang gembira. Ini yang Khanza suka dari Ayu, si pembawa berita yang shohih tanpa orang lain minta pun ia akan bercerita sendiri.
"Nanti kalian jangan jauh-jauh dari aku, ya! Kita harus jadi pendukung yang baik," lanjutnya, memberi tatapan peringatan pada kedua temannya. "Awas, kalo kabur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanFa ✔️
Novela JuvenilBaca aja dulu :) Fiksi remaja Menyimpan rasa pada lawan jenis memang hal wajar, tetapi cara menyikapi rasa tersebutlah yang harus diperhatikan. Khanza Azzara, perempuan dengan kacamata berbingkai bulat yang selalu membingkai wajahnya itu mulai mer...