"Cukup dengan berbisik kusampaikan do'a untukmu tanpa olang lain ketahui."
–KhanFa–
Kedua sudut bibir Faizal sedikit terangkat kala melihat sosok Khanza yang kini berdiri di samping lemari. Perempuan itu nampak berbeda dari biasanya. Iya, berbeka karena saat ini tidak ada kacamata berbingkai bulat yang bertengger di hidungnya.
"Assalamu'alaikum," sapa Khanza, suaranya semakin terdengar pelan dari biasanya.
Semua menoleh. Dengan kompak menjawab salam dan menyungingkan senyum pada Khanza. Perempuan itu mengambil ruang kosong di samping Via yang berhadapan dengan Rafa.
"Kamu sakit apa, Ra?" Al membuka suara setelah menelan kue yang ia makan.
"Typus, Bang," jawab Khanza.
"Dulu pernah typus juga?" Rafa ikut bertanya. Khanza mengangguk dan hal itu menimbulkan kerutan di dahi Fahriza.
"Kapan? Kok, aku gak tau?" Fahriza yang sedang menikmati kue kering pun kini menatap Khanza serius.
Perempuan berkerudung instan itu balas menatap Fahriza. "Waktu SMP," jawabnya. Pantas saja Fahriza tidak tahu hal itu, ternyata sakit itu menyerang saat mereka berpisah.
"Jadi, baru kali ini?" Kini giliran Al yang bersuara. Khanza mengangguk.
"Terus sekarang gimana? Udah baikan?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Faizal.
Ingin rasanya Khanza melompat-lompat mendengar pertanyaan dari laki-laki itu. Meski sederhana, tetapi entah mengapa bagi Khanza itu adalah hal yang luar biasa berdampak bagi hati. Perempuan itu mengulum bibir, menahan agar tak tersenyum lebih lebar lagi.
"Alhamdulillah, tinggal pemulihan," jawab Khanza seadanya.
Rafa yang duduk di samping Faizal membuka suara. "Maaf, ya, baru bisa jenguk," tuturnya disusul angkutan dari Al dan Faizal yang baru menjenguk.
"Gak apa-apa."
Mama Khanza datang sembari membawa nampan berisi minuman untuk mereka. Diletakkan gelas-gelas tersebut di atas meja.
"Maaf, Mama menjamu kalian seadanya aja," ucap Mama Khanza sedikit tak enak hati karena menjamu tamu dengan makanan seadanya.
"Ah, enggak, kok, Ma. Ini lebih dari cukup," sahut Via ramah.
"Iya, Ma. Seadanya aja udah segini banyak, apalagi kalo gak seadanya. Makin betah, deh, main ke sini," imbuh Fahriza. Seperti biasa laki-laki itu akan menyelipkan gurauan dalam kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanFa ✔️
Fiksi RemajaBaca aja dulu :) Fiksi remaja Menyimpan rasa pada lawan jenis memang hal wajar, tetapi cara menyikapi rasa tersebutlah yang harus diperhatikan. Khanza Azzara, perempuan dengan kacamata berbingkai bulat yang selalu membingkai wajahnya itu mulai mer...