Bab 29 | Di Bawah Sinar Rembulan

72 11 7
                                    

Semua panitia sudah sibuk dengan tugas masing-masing. Begitu pula dengan panitia lapangan, acaran dan pembimbing regu yang kini tengah berada di lapangan sekolah.

Para pembimbing regu mengecek kembali kehadiran anggota regu bimbingannya, para sekbid lapangan sedang memberi intruksi agar peserta kemah segera memasuki area lapangan.

Acara apel pagi sekaligus pembukaan acara perkemahan dimulai. Semua berbaris rapi sesuai regu dan panitia berbaris di bagian kanan lapangan. Di belakang para peserta, ada para PMR yang berdiri dengan sigap.

Tiga puluh menit berlalu dan apel pagi pun berakhir. Di lapangan di bawah teriknya matahari pagi, semua peserta dipersilahkan untuk duduk untuk mendengarkan arahan dari panitia acara.

"Paham?"

"Siap, paham!"

Para pembimbing mengatur regu pesertanya untuk bersiap berangkat menuju Bumi perkemahan. Sedang panitia logistik, komsumsi, peribadatan, dan sebagian kesehatan juga keamanan sudah lebih dulu berangkat.

Satu per satu regu berjalan meninggalkan sekolah. Mereka menyusuri jalan sembari menyanyikan yel-yel yang telah mereka buat per regu. Nanti akan ada penilaian regu yang paling kreatif, kompak dan heboh.

Mari beranjak pada para panitia yang sudah berada di area Bumi perkemahan. Sebagian ada yang sudah sampai di puncak dan ada yang masih di bawah, karena mereka dibagi menjadi tiga bagian saat menuju ke tempat ini.

Khanza berjalan dengan membawa dua tota bag dan satu tas punggung. Berat? Tentu saja. Apalagi jalan yang harus ditempuh adalah jalan menanjak. Nikmat mana lagi yang tak disyukuri?

Khanza menghembuskan napas pelan. Menggerakkan kepala ke belakang. Sudah cukup jauh ia berjalan bersama Fuji, Nafdhita dan dua teman lainnya.

"Bentar dulu, ya. Huuhhfff ... capek," kata salah satu temannya yang kini duduk selonjoran di atas jalan semen, diikuti oleh yang lain.

Khanza menaruh tas punggungnya di dekat kaki. Perempuan itu merenggangkan otot yang mulai terasa kaku. Kemudian membenarkan posisi jilbab instan cokelatnya yang sudah miring ke kanan.

"Ini kenapa belum naik?" Al bertanya saat berjalan menghampuri mereka.

"Istirahat dulu, Bang. Capek, nih," balas Fuji.

"Udah? Ayo-ayo, adik-adik peserta udah otw," ajak Al berusaha menyemangati. Semua beranjak dan kembali melanjutkan perjalanan.

Khanza menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Ayu yang tadi pamit ke kamar mandi dan menitipkan tasnya pada dirinya.

Saat akan membawa tas miliknya, Khanza tersentak karena tas nya sudah lebih dulu diraih oleh orang lain. Perempuan itu mendongak.

Raut keterkejutan nampak jelas di wajah manisnya. "Faiz?" Spontan ia menyebutkan nama seseorang yang baru saja meraih tasnya.

"Biar aku yang bawa. Kamu bawa tota bag aja," katanya. "Oh ya, untukmu." Laki-laki yang nampak gagah dengan seragam pramuka itu menyodorkan selembar surat padanya.

"Apa ini?" Khanza menatap bingging surat yang Faizal sodorkan.

"Ambil dan baca sebelum acara mulai," titahnya. "Aku duluan, ya." Setelah suratnya diterima, laki-laki itu berlalu meninggalkan Khanza seorang diri.

KhanFa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang