Sebuah piring berisi nasi putih dan ayam goreng ditaruh di hadapan Khanza. Perempuan itu mendongak, menatap siapa yang menaruh piring tersebut."Dimakan, ya, Ra." Fahriza menepuk pelan puncak kepala Khanza yang terbalut kerudung.
"Tapi, Zara—"
Dengan cepat Fahriza memotong ucapan Khanza. "Gak boleh nolak," tuturnya jelas tak mau ditolak dan di akhiri senyum.
Alhasil Khanza pun memakan pemberian Fahriza. Selesai makan, Khanza memilih pergi ke perpustakaan seorang diri. Tangannya terus memegang cokelat berbentuk beruang pemberian Fathah. Ralat, pemberian someone melalui perantara Fathah. Jujur, Khanza merasa penasaran, siapa yang memberinya cokelat tersebut. Perempuan itu memang menyukai bentuk cokelat tersebut, tetapi tak berniat untuk memakannya. Pulang sekolah nanti ia akan memberikan cokelat tersebut kepada ponakan Fahriza karena ia sudah memiliki janji akan bermain bersama.
Tanpa sepengetahuan Khanza, ada sepasang mata yang terus memperhatikannya sejak perempuan itu mendapat cokelat yang diberi oleh Fathah. Mata berbinar serta senyum manis milik perempuan itu selalu sukses membuat laki-laki itu merasa bahagia.
Ya, memang benar, dialah yang memberi cokelat tersebut pada Khanza melalui temannya, Fathah. Jujur, dirinya tak ingin Khanza tahu akan perasaannya. Entah sejak kapan, rasa suka pada perempuan berkacamata bulat itu tumbuh. Yang jelas, semakin lama rasa ini semakin menggebu. Sekuat tenaga, ia tetap menahan diri agar tak mengutarakan isi hati yang sesungguhnya. Maka dari itu, hanya dua cara yang ia tempuh, yaitu melihat Khanza tersenyum secara diam-diam dan memberinya sesuatu melalui perantara.
Laki-laki itu mengembuskan napas panjang melihat Khanza berjalan hendak meninggalkan kantin seorang diri.
"Mau kemana lo?" tanya temannya saat ia berdiri.
"Ruang OSIS, buku gue ketinggalan di sana," balasnya, lalu berjalan meninggalkan kantin.
Laki-laki itu melangkah cepat guna menyusul langkah Khanza yang sudah menjauh. Ia penasaran, kemanakah Khanza pergi? Mengangguk, saat tahu bahwa yang perempuan itu tuju adalah perpustakaan.
Faizal, laki-laki itu memilih berbelok menuju ruang OSIS sesuai perkataannya tadi, tetapi, sebelum benar-benar berbelok, ia menyempatkan melihat Khanza yang sudah berada di depan perpustakaan.
Oke, mari beralih pada Khanza yang sedang menarik napas pelan sebelum masuk ke dalam perpustakaan.
Sepi, itulah suasana di dalam perpustakaan. Hanya ada beberapa murid saja di sana. Khanza melangkah menuju rak buku jurusannya. Mencari buku yang dibutuhkan.
Setelah mendapatkannya, ia beralih menuju rak yang berisikan deretan novel. Matanya terus membaca judul buku, mencari novel yang diinginkan.
"Hei, Za," sapa seseorang yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanFa ✔️
Teen FictionBaca aja dulu :) Fiksi remaja Menyimpan rasa pada lawan jenis memang hal wajar, tetapi cara menyikapi rasa tersebutlah yang harus diperhatikan. Khanza Azzara, perempuan dengan kacamata berbingkai bulat yang selalu membingkai wajahnya itu mulai mer...