***
Waktu terus bergerak maju tanpa berhenti barang sejenak. Waktu adalah nikmat, nikmat dalam hidup. Kelak di akhirat kita akan dimintai pertanggung jawaban atas waktu.
Waktu itu ibarat pedang bermata ganda, bisa mendatangkan kebahagiaanmu dan bisa pula menjadi bumerang yang mendatangkan kesengsaraanmu.
Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah menyebutkan sebuah perkataan :
الْوَقْتُ سَيْفٌ فَإِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ، وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلْتَهَا بِالْحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ
"Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. Dan jiwamu jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan" (Dinukil oleh Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Jawaab Al-Kaafi hal 109 dan Madaarijus Saalikiin 3/129).
Banyak yang mengatakan, "Gak ada waktu, saya sibuk." Padahal waktu luangnya banyak, bahkan tidak hanya lima atau sepuluh menit, tetapi berjam-jam. Waktu luangnya diisi dengan hal-hal kurang bermanfaat.
Kalo kata Ustadz Doni Dion : "Giliran ada waktu buang-buang duit. Giliran ada waktu nongkrong gak jelas. Giliran ada waktu kerjaannya ngegame terus. Giliran ada waktu jalan-jalan terus. Eh, sekalinya ada waktu, dipanggil Allah."
Bayangkan, jika kita diberi waktu sedikit lagi, tetapi saat itu pula Allah memanggil. Apa yang bisa menolong kita saat ditanyakan tentang waktu yang selama ini telah Allah berikan? Waktu yang banyak disia-siakan. Maka dari itu, hargailah waktu, karena waktu yang telah berlalu tak akan pernah bisa kembali seperti air mata yang keluar dari pelupuk mata.
Tak terasa ini adalah hari terakhir Ujian Nasional. Khanza duduk di bangku panjang depan kelas seorang diri, menunggu teman-temannya.
Matanya beradu pandang dengan manik mata hitam legam di depan sana. Sorot matanya sulit diartikan. Semakin lama manik mata hitam legam itu semakin lekat menatap mata Khanza membuang jantung perempuan itu semakin berdegup kencang. Sudah lama ia tak memperhatikan dia, ah, tepatnya Khanza berusaha tak peduli dan menghindar dari sosok tersebut.
Sadar akan situasi, Khanza pun lebih dulu memalingkan pandang ke arah lain. Tak sanggup jika harus beradu pandang dengan sosok itu.
Selama hampir satu tahun ini, Khanza berusaha menata hati dan pikiran agar terlepas dari segala rasa juga harapan semu. Khanza mengundurkan diri dari extrakulikuler pramuka. Bertemu dengan Faizal membuatnya tak nyaman apalagi bertemu dengan Nindi yang semakin hari semakin menampakkan ketidaksukaannya pada Khanza.
Hampir satu tahun ini Khanza lebih fokus belajar dan menghabiskan waktu untuk menulis. Berinteraksi hanya dengan teman dekat dan teman satu kelas saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanFa ✔️
Ficção AdolescenteBaca aja dulu :) Fiksi remaja Menyimpan rasa pada lawan jenis memang hal wajar, tetapi cara menyikapi rasa tersebutlah yang harus diperhatikan. Khanza Azzara, perempuan dengan kacamata berbingkai bulat yang selalu membingkai wajahnya itu mulai mer...