Khanza duduk bersila di atas kasur sembari membuka isi kantung kresek berlogo mini market pemberian Fahriza. Perempuan itu mengeluarkan semua isi dalam kresek tersebut. Begitu banyak aneka makanan ringan di atas kasurnya.
"Ini banyak banget," guman Khanza. Menatap makanan ringan yang hampir memenuhi setengah kasurnya. Kata Fahriza, ini untuk persyaratan kemah. Tapi ... ini mah kebanyakan! Kemah hanya tiga hari dua malam dan tentunya gak akan terus makan. Ini namanya bekal buat sebulan jajan.
Khanza menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan Fahriza. Mentang-mentang banyak uang, beli beginian setiap hari juga gak akan bangkrut.
"Mau, dong!" seru Khalid yang tiba-tiba masuk kamar Khanza tanpa permisi.
Khanza terlonjak kaget mendapati Khalid yang kini duduk di tepi ranjang sambil mencomot beberapa camilan miliknya.
"Bentar dulu, ih! Ini mau dipisah dulu buat persyaratan kemah," larang Khanza. Khalid menaruh kembali makanan yang sudah ia bawa.
Memandang sang kakak yang tengah memisahkan beberapa makanan ke dalam kantung kresek kecil. "Lo dapet uang lebih dari Papa?" Pertanyaannya dibalas gelengan kepala oleh sang kakak.
"Dari Bang Riza? Tadi gue papasan sama dia pas mau pulang," tebaknya.
"Iya."
"Wuih! Anak sultan mah bebas, ya. Beuh, banyak bener, nih, makanan. Bisa buat seminggu." Khalud berkata girang. "O iya, ngomong-ngomong, kan, lo ntar kemah. Bang Riza ikut gak? Kalo ikut berarti ntar kagak ada yang ngajak gue mabar."
Khanza membuka satu snake kentang, lalu memakannya. "Dia gak ikut."
Oh iya, beberapa bulan belakangan ini. Semenjak Khalid kenal Fahriza, mereka sering main game bareng di rumah. Kadang di rumah Khanza atau di rumah Fahriza. Memang tak setiap saat, tapi hal itu cukup sering dilakukan. Pada awal pertemuan mereka, Khalid berlagak sinis pada Fahriza. Hal itu laki-laki itu lakukan pada semua teman laki-laki sang kakak yang berkenalan dengannya. Bukan tanpa alasan Khalid melakukan itu. Laki-laki itu berusaha melindungi sang kakak dengan caranya sendiri. Khalid cukup selektif pada teman-teman sang kakak. Jika menurutnya orang itu memiliki sinyal kurang baik pada sang kakak, maka ia akan bertindak lebih tegas agar sang kakak tidak terlalu dekat dengan orang tersebut.
Khalid mengambil tiga bungkus snake, dua bungkus roti dan dua kotak minuman rasa buah. "Ini buat gue, ya. Thanks, Kakak sayang." Setelah mengatakan itu dan merampok makanan milik sang kakak. Khalid berlalu begitu saja dengan senyum bahagia.
***
"Kalian Papa anterin ke sekolah," ujar sang papa sebelum mereka sarapan.
Khanza memekik senang mendengar ucapan sang papa. Lantas duduk di samping Khalid dan mengambil piring.
"Papa gak dinas hari ini?" tanya Khalid.
"Enggak, Boy. Makanya Papa mau anter kalian ke sekolah," balasnya. Tatapan sang papa beralih pada Khanza. "Katanya besok mau ada acara kemah, ya?"
Khanza mengangguk cepat. "Iya, Pa."
"Semua keperluan sudah siap? Pakaian? Alat-alat? Makanan?" Sang papa melontarkan pertanyaan beruntun.
"Siap, sudah, Pa," balas Khanza diakhiri senyuman.
"Mama liat di dalam kulkas babyak makanan. Itu punya siapa?" Sang mama pun ikut nimbrung.
"Punya kakak."
"Sebanyak itu?" Khanza mengangguk. "Kakak beli uang sendiri?"
Khanza menggaruk pipi, binggung mau menjawabnya bagaimana. Jika menjawab jujur, ia takut akan berkepanjangan. Tapi, jika berbohong ... dosa. Khanza menatap sang mama lalu beralih pada sang papa dengan sorot mata teduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanFa ✔️
Fiksi RemajaBaca aja dulu :) Fiksi remaja Menyimpan rasa pada lawan jenis memang hal wajar, tetapi cara menyikapi rasa tersebutlah yang harus diperhatikan. Khanza Azzara, perempuan dengan kacamata berbingkai bulat yang selalu membingkai wajahnya itu mulai mer...