Bab 5 | Siapa?

180 18 27
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Tiga perempuan berseragam putih abu itu berjalan menyusuri gang menuju jalan raya. Sesekali mereka berbincang sembari menunggu angkutan umum melintas. Ketiganya berdiri di pinggir jalan dekat warung nasi.
Sebuah angkutan umum berhenti tepat di depan mereka. Ketiganya masuk dan duduk berdampingan. Angkutan umum yang di dominasi oleh anak sekolah itu mulai melaju membelah jalanan. Kendaraan beroda empat itu berhenti tepat di depan gerbang sebuah gedung sekolah ketika seorang siswi menghentikannya. Khanza, Ressa dan yang lainnya keluar dari mobil, membayar ongkos masing-masing.

Mereka berjalan memasuki gerbang sekolah. Khanza berjalan di tengah-tengah Ressa dan Fuji.

"Ra, bukannya si Riza pindah ke sini, ya?" tanya Fuji, membuka percakapan.

"Iya."

"Sekelas sama kamu, kan?" Kali ini Ressa juga bertanya. Khanza hanya mengangguk.

"Sy hallo gak pas awal ketemu?" Lagi-lagi Fuji melontarkan pertanyaan.

"Enggak."

"Lho, kok, gitu?" Kedua teman Khanza mengerinyit heran.
"Malu atuh," jawab Khanza membuat kedua temannya menghela napas. "Dia juga baru nyapa aku kemarin," lanjutnya.

"Seminggu setelah dia di sini?" Khanza mengangguk menjawab pertanyaan Ressa.
Kedua temannya geleng-geleng kepala tak percaya. "Parah banget!"

"Zara!"

Seruan itu membuat ketiga perempuan itu menghentikan langkah dan spontan menoleh ke belakang. Seorang laki-laki berambut sedikit acak-acakan berlari menghampiri ketiga perempuan itu. Eh, lebih tepatnya menghampiri Khanza. Terbukti saat laki-laki itu berdiri tegak di hadapan perempuan berkacamata bulat.

Panjang umur nih, anak sultan.

"Selamat pagi, Zara," sapanya. Khanza hanya tersenyum simpul membalas sapaan Fahriza.

Melihat respon Khanza yang hanya menyungingkan senyum manis di mata Fahriza, tanpa sadar laki-laki itu juga semakin menarik kedua sudut bibirnya ke atas, tersenyum semakin lebar.

"Ternyata dia gak berubah."
Ressa berdehem menyadarkan Fahriza dari lamunan sesaatnya. Laki-laki itu mengalihkan fokus, menatap dua orang di samping kanan dan kiri Khanza bergantian.
"Ekhem, maaf, nih, di sini juga ada orang selain Zara, masa cuma anyapa satu?" canda Ressa.

Mendengar itu, Fahriza cengar-cengir, lalu mengangkat tangan menyapa Ressa.

"Morning, Ressa."

"Morning too," balas Ressa.
Fahriza mengalihkan tatapannya dari Ressa. "Lo eh, maksudnya kamu Fuji, kan?" Fahriza menatap Fuji lekat untuk memastikan.

"Betul."

"Inget gue, kan?" Fahriza menaik turunkan alis.
Alis tipis perempuan itu terangkat. "Siapa, ya?" Fuji bertanya seakan-akan lupa pada laki-laki yang memiliki tinggi 178 cm itu.

KhanFa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang