Bab 39 | Sebelum dia ....

102 13 26
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pagi ini Fahriza sudah dibuat kelimpungan oleh keponakannya yang berisik itu. Sepulangnya ia dari Mesjid, Faiq terus merengek ingin lari bersamanya pagi ini.

Faiq menarik-narik ujung kaus Fahriza. Laki-laki yang sedang bercermin itu menunduk. "Bentar, Bocil," katanya.

"Ayo, lali pagi," ajak Faiq. Bocah itu sudah rapi dengan kaus biru dan celana panjang berwarna hitam, banie hate dengan tali panjang di setiap sisinya yang menambah kesan lucu.

"Om lama, kayak Mama," protes si Kecil yang kini berbaring di kasur. Bocah itu berguling ke kanan dan kiri, mengusir rasa bosan menunggu sang om bersiap.

Fahriza menghampiri keponakannya, lalu menepuk puncak kepalanya pelan. "Ayo, bangun, katanya mau lari pagi."

Faiq langsung merubah posisi menjadi duduk. Kedua tangan mungil itu terulur minta digendong.

"Katanya mau lari, kok, minta digendong?" sindirnya, tapi tak urung ia pun mengendong tubuh mungil sang ponakan. Membawanya keluar kamar dan menuruni anak tangga.

"Kak Fida! Anak lu ribet banget," adu Fahriza saat menginjakan kaki di lantai bawah. Sang kakak yang sedang berjalan berdampingan dengan suaminya pun tersenyum.

"Kenapa?"

"Dari subuh udah ngerecokin gue, mana minta lari pagi," lapornya. Faiq yang berada dalam gendongan Fahriza pun hanya diam.

"Kapan lagi digangguin ponakan? Lagian Faiq, tuh, kangen banget sama kamu," balas Kak Fida.

"Ma, aku mau lali ama om," ucap Faiq.

"Iya, jangan repotin Om, ya," pesan Fida yang langsung diangguki oleh si Kecil.

"Nah, dengerin, Boy." Fahriza mendudukan Faiq di kursi makan khusus bayi. "Nih." Laki-laki itu menyodorkan gelas plastik berisi susu pormula pada ponakannya.

"Macih, Om." Fahriza tersenyum sambil menepuk puncak kepala Faiq. Kemudian duduk di sampinnya.

 Kemudian duduk di sampinnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kini dua laki-laki beda generasi itu sudah berada di sebuah lapangan luas. Fahriza melakukan pemanasan yang diikuti oleh Faiq. Bocah itu berdiri di depan sang om, mengikuti setiap gerakan peregangan yang dilakukan omnya.

KhanFa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang