Bab 40 | Epilog

184 11 4
                                    





Setelah hari itu, perlahan semua terasa hampa. Rasanya ada sesuatu yang hilang dari hidupnya. Suara tawa, candaan, sampai tingkahnya kini hanya tinggal kenangan.

Terima kasih sudah dari dalam hidupku. Kau tak akan pernah kulupakan.

Begitulah kalimat terakhir yang Khanza tulis dalam lembar kertas bertinta biru. Lembar terakhir untuk kisah putih abu.

Hari kelulusan seharusnya disambut suka cita. Namun, lain halnya dengan Khanza dan teman-temannya. Semua merasa kehilangan sosok yang selalu memberi warna juga kehebohan dalam kelas. Semua tak pernah menyangka jika dia akan pergi mendahului.

Khanza menatap teman-temannya yang berada di lapangan sekolah. Setelah pengumuman kelulusan, Khanza memilih duduk di bangku panjang depan kelas.

"Sepi, ya, gak ada Anak sultan."

Khanza menoleh, Ayu duduk di sampingnya sambil mengucapkan kalimat tersebut. Iya, tidak hanya Khanza yang merasa sepi saat dia tiada. Tetapi, teman bahkan guru pun merasakannya.

Helaan napas terdengar dari Khanza. Perempuan itu nampak lesu hari ini. Entahlah, sejak hari itu, Khanza lebih banyak diam. Ungkapan Fahriza sebelum dia pergi terus terngiang dalam benaknya. Sesak rasanya saat mengetahui fakta tersrbut, dan bodohnya ia tak mengatakan apa pun kala laki-laki itu bertanya apa yang ingin ia katakan sebelum dia pergi selain kata terima kasih dan hati-hati.

Sebelumnya, Khanza memang tak memiliki perasaan apa pun tentang kepergian Fahriza. Hanya hatinya saja yang merasa ada yang aneh dengan kalimat-kalimat yang Fahriza katakan.

Khanza memang menganggap Fahriza sebagai teman dekat. Tak ada rasa lebih selain rasa pada seorang teman. Fahriza terlalu tinggi untuk Khanza gapai. Laki-laki itu terlalu baik untuknya. Maka dari itu, Khanza tak pernah menganggap semua perkataan dan sikap Fahriza itu spesial, karema ia takut jika terbawa perasaan. Ia hanya akan menanam luka hati.

Kehilangan adalah satu hal yang menyakitkan, dan itulah yang tengah Khanza rasakan. Berat rasanya mengikhlaskan dia pergi dalam hidup kita. Apalagi selama ini dia selalu hadir dam mewarnai hari-hari kita. Namun, satu hal yang harus dipahami. Semua akan kembali di saat yang telah ditentukan.

Ternyata, selama ini Fahriza memendam rasa padanya. Rasa sayang yang entah hanya sebagai teman atau lebih. Nyatanya, semua akan terungkap di waktu yang tepat.

Fahriza, sosok laki-laki penuh canda tawa, laki-laki humoris yang selalu sukses menarik perhatian orang lain, dia yang selalu memberi warna dalam kisah putih abu Khanza. Laki-laki yang bobrok tapi sholeh, amat menyayangi bundanya, selalu santai dalam menghadapi situasi apa pun, loyal pada teman-teman.

"Aku ikhlas kamu pergi. Aku percaya ini adalah yang terbaik." Khanza membatin.

Khanza menatap bolpoin berkepala Doraemon dalam genggamannya. Bolpoin yang Fahriza berikan tempo hari.

"Ra ra ra ... aku sayang sekali, Khanza Azzara." Dengan riang laki-laki itu memasuki kelas sambil  bernyanyi. Menyodorkan tujuh bolpoin beraneka warna dam bentuk, diantaranya tokoh kartun Doraemon.

"Ternyata mengikhlaskan seseorang itu tak semudah membalikan telapak tangan, ya." Ucapan Ayu menarik Khanza dari lamunannya.

"Iya, tapi kita harus berusaha melakukannya," timpal Nafdhita yang entah sejak kapan sudah bergabung bersamanya.

"Semuanya udah diatur sama Allah. Inilah yang terbaik untuk kita. Jangan berlarut-larut dalam kesedihan, gak baik." Suara bariton milik Alif pun terdengar. Laki-laki itu menghela napas berat. "Ikhlaskan dia."

"Dia gak butuh rasa sedih kita, tapi yang dibutuhkan adalah do'a. Do'akan selalu dia dalam setiap bait do'a kalian." Fathah ikut bersuara.

Iya, satu hal yang harus tetap dilakukan adalah mendo'akan. Komunikasi yang tak akan pernah putus huga lekam oleh waktu adalah do'a.

Sekali lagi, kehilangan adalah satu hal menyakitkan yang nyata adanya. Namun, tak seharusnya kita terus berkubang dalam lautan sedih karena kehilangan. Satu hal yang harus dipahami, semua akan kembali saat waktunya telah tiba.








***


Tertanda,

Sinsin yang ngetik sambil rebahan :V
Sumedang, 22 Mei 2021


Alhamdulillah, epilog udah update.

Ambil sisi baik dan buang siai buruk dari cerita ini. 🙏
Aku tau, cerita ini jauh dari kata baik. Untuk itu maaf atas segala kekurangannya. 🙏

Aku mau tau, dong. Gimana kesan dari kalian setelah membaca cerita ini?
Apa pesan yang ingin disampaikan untuk cerita ini dan untukku?

Aku ucapkan jazakumullah khairon sudah berkenan membaca, mendukung, dam mendo'akan. 🙏

Sampai jumpa di part‐–- eh, di cerita selanjutnya, hehe.

Insya Allah, Sinsin akan up cerita baru. 😁


Salam sayang dari Sinsin. 💜🥰

KhanFa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang