prolog

1K 47 2
                                    


***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Mengapa getar itu hadir kala kudekat denganmu."

-Khanfa-

Seorang perempuan berkacamata bulat berjalan tergesa di koridor sekolah. Pasalnya bel tanda pembelajaran akan dimulai sudah berbunyi sejak ia masih mengikat tali sepatu di depan perpustakaan.

Tiga buah buku paket berada dalam dekapan. Ayunan langkahnya kian cepat, sampai-sampai tak memperhatikan jalan yang akan dilalui. Saat akan berbelok di belokan aula menuju kelas, tiba-tiba seseorang muncul dari arah berlawanan membuat perempuan itu spontan menghentikan langkah, hampir saja keduanya bertabrakan.

Perempuan itu sedikit menundukkan kepala saat menyadari bahwa yang hampir ia tabrak adalah seorang laki-laki."Ma-maaf," ucapnya gugup.

"Gak apa-apa, lain kali hati-hati," balas orang itu.

Suara itu ... suara yang begitu familiar di telinga perempuan bernama Khanza itu. Perlahan mendongak guna memastikan bahwa pemilik suara itu adalah orang yang ia kenal. Benar dugaannya, orang di depannya adalah orang yang akhir-akhir ini sering muncul dalam pikirannya, orang yang ia kagumi.

"Em ... sa-saya duluan, sekali lagi maaf." Tak mau berlama-lama lagi, Khanza segera beranjak dari tempat berpijaknya tanpa mendengar balasan dari orang di depannya.

"Mengapa getar itu hadir tiap kudekat dengannya," guman Khanza.

Khanza menarik napas panjang sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam kelas yang pintunya tertutup rapat. Apa mungkin sudah ada guru, pikirnya.

Perlahan tangan kanan perempuan itu mendorong pintu kelas seraya mengucapkan salam.

"Astagfirullah ... Khnza! Gue kira guru yang masuk," pekik Rofa, teman satu kelasnya yang sedang berdiri di dekat meja guru sambil memutar-mutar spidol.

Khanza hanya tersenyum geli saat melihat ekspresi terkejut temannya. Ia memilih duduk di tempatnya sesaat setelah menaruh buku di atas meja.

"Pak Budi, kok, belum masuk?"

"Gak bakal masuk, Za," balas Nafdhita, teman sebangkunya yang sibuk bermain ponsel. Khanza hanya mengangguk sebagai tanggapan.

"Lusa ada seleksi debat Inggris, lho." Ayu yang duduk di depan meja Khanza dan Nafdhita membalikkan badan.

"Terus?" sahut Nafdhita.

KhanFa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang