***
Hari ini Khanza kembali bersekolah. Setelah satu hari izin karena sakit. Guyuran air es dari Nindi tempo hari ternyata membuatnya tumbang.
"Kak lo jujur, deh, sama gue. Apa yang terjadi sama lo kemarin?" Khalud tiba-tiba masuk ke kamar Khanza sambil bertanya.
Khanza tak menjawab. Perempuan itu memilih duduk bersandar di kepala ranjang disusul oleh Khalid yang memilih duduk di tepi ranjang.
"Kak? Lo gak mau cerita, nih?" Khalid tetap berusaha memancang sang kakak agar mau berbicara. Khanza malah berbaring dan menutup wajahnya dengan bantal.
Khalid menghela napas berat. "Kak, gue tau ini bukan gara-gara lo kehujanan dan jatuh. Mana ada jatuh sampe pipi lo memar gitu? Terus mana kacamata lo?"
Hening. Khanza tetap diam dan mengeratkan pelukannya pada bantal. Kesal pertanyaannya tak kunjung dijawab, Khalid pun merebut bantal yang menutupi wajah sang Kakak.
"Lo disiram, ditampar, kan? Sama siapa? Bilang ke gue. Berani-beraninya nyakutin kakak gue," gerutunya.
Khanza kembali duduk. Kini kepalanya menunduk. Tangan Khalid terulur memegang kedua pundak Khanza lembut. "Jujur sama gue, Kak. Siapa dan apa yang mereka lakuin ke lo? Kak, lo gak kasian sama gue? Gue khawatir sama lo." Ungkapan Khalud membuat Khanza semakin menunduk. Semakin merasa bersalah karena lagi-lagi membuat sang adik bahkan kedua orang tuanya khawatir.
"Maaf." Hanya itu yang mampu terucap dari bibir Khnza. Lagi-lagi Khalid menghela napas berat.
"Kenapa gak mau cerita?" Suara Khalid semakin melembut. Ia tahu, jika ia bertanya dengan nada kesal akan memperburuk keadaan.
Sekian menit suasana kamar Khanza diselimuti keheningan hingga suara Khanza memecah keheningan tersebut.
"Aku gak mau merepotkan kamu, Lid," lirihnya.
Khalid menghembuskan napas kasar. Kedua tangannya semakin erat memegang pundak sang kakak sampai membuat Khanza menatapnya.
"Dengerin gue, lo gak pernah ngerepotin gue. Jangan bilang gitu lagi!" ucapnya tegas. Khanza tertegun mendengar itu.
"Lo kakak gue. Udah sepatutnya gue jagain lo. Lo tau? Gimana sakitnya liat lo terluka, dan gak mau cerita ke gue?." Khalid menjeda ucapannya. "Jangan pendem apapun, jangan sungkan untuk berbagi cerita ke gue. Lo dan Mama tanggung jawab gue kalo Ayah lagi tugas di luar sana. Lo harus terbuka sama kita, apalagi gue."
Mata Khanza berkaca-kaca mendengar ucapan Khalid yang tulus itu. Tak tahan, ia pun memeluk tubuh Khalid erat. Khalid memang adik kecilnya. Tapi, rasa tanggung jawab, sikap tegas, ingin selalu melindungi orang-orang yang berarti baginya yang membuatnya terlihat dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanFa ✔️
Teen FictionBaca aja dulu :) Fiksi remaja Menyimpan rasa pada lawan jenis memang hal wajar, tetapi cara menyikapi rasa tersebutlah yang harus diperhatikan. Khanza Azzara, perempuan dengan kacamata berbingkai bulat yang selalu membingkai wajahnya itu mulai mer...