Fahriza berjalan santai menuju kelas. Satu tangannya ia masukan ke dalam satu celana abunya. Langkah laki-laki itu terhenti karena Ayu menghadang jalannya.
Dengan alis yang terangkat, laki-laki itu bertanya, "Apa?"
"Bisa jelasin gimana kronologi insiden kemarin?" tanyanya.
Fahriza menghembuskan napas berat sebelum menjawab pertanyaan Ayu. Srbetulnya, ia sudah memprediksi bahwa ia akan dijadikan sasaran introgasi teman-temannya. "Gue gak tau," jawab Fahriza seadanya. Kemarin Khanza tak memberitahu apapun ketika ditanya dan ia sendiri pun tak mau memaksa Khanza untuk bercerita karena keadaannya yang tak memungkinkan.
"Yakin lo gak tau?" Ayu menyipitkan mata, menelisik wajah laki-laki jangkung di depannya. Bisa saja bukan? Jika Fahriza berbohong.
"Iya, kemarin Zara gak mau cerita dan gue juga gak mau maksa dia. Kasian liat dia kayak kemarin." Lagi-lagi Fahriza menghembuskan napas berat. Ada rasa bersalah mengingat kejadian yang menimpa Khanza kemarin.
"Kira-kira siapa, ya, yang buat Khanza kayak kemarin?" tanya Ayu. Kini mereka berjalan bersama di koridor yang mulai ramai.
Langkah Fahriza terhenti, lalu ia sedikit menggerakkan tubuh ke samping. "Nah, itu yang gue pikirin dari kemarin. Awas aja kalo ketemu gue potong, tuh, tangan setannya!" ucap Fahriza mengebu-gebu.
Ayu ikut berhenti, lalu menoleh dan mebdongak. "Ada yang lo curigain?"
"Ada."
"Siapa?" Sisi kepo Ayu mencuat kepermukaan. Fahriza tersenyum menanggapinya.
"Ntar lo bakal tau, kalo emang udah ada bukti. Dahlah, masuk kelas sana!" Setelah mengatakan itu, Fahriza berlari kecil menghampiri Alif dan ngabaikan teriakan Ayu.
**&
"Jadi, lo sepemikiran gak sama gue?" tanya Fathah yang duduk sambil mengaduk minuman berwarna hitam. Kini mereka berada di salah satu caffe.
"Iya, berdasarkan apa yang gue perhatiin selama ini dan dari pengamatan yang kalian lakuin pas kemah tempo hari. Gue punya asumsi yang bener-bener ngarah ke dua orang itu," jelas Fahriza. Ia mencurigai dua orang yang selama ini menatap Khanza dengan sinis dan kentara tidak suka. Keyakinannya semakin kuat saat ketiga temannya yang mengikuti acara kemah tempo hari.
Laki-laki itu memang meminta bantuan kepada teman-temannya untuk mengawasi Khanza. Bukan tanpa alasan Fahriza melakukan itu. Ada beberapa hal yang membuatnya khawatir pada Khanza. Selama ini ia memperhatikan sikap Isna yang terkesan sinis dan tak pernah suka jika Khanza lebih unggul dari perempuan itu. Ditambah beberapa laporan dari Alif dan Fuji jika anggota pramuka ada yang kurang bersikap baik pada Khanza setiap pertemuan.
Terbukti saat kemah tempo hari, Isna sengaja mendorong Khanza hingga terjatuh dan Nindi yang menepis kasar gelas berisi air hangat yang Khanza berikan untuknya.
"Gue yakin, sih. Kalo mereka yang ngelakuin itu semua. Apalagi tadi gue dapet info dari anak sebelah, kalo kemarin mereka liat Mak Ispir sama Ninpir masuk ke toilet terus gak lama ada suara yang ngebentak." Rofa memberi informasi.
Fahriza mengangguk dua kali sebagai tanggapan. Kemudian duduk bersandar pada kursi sambil memijat pelipisnya.
"Besok gue mau datengin mereka," putusnya.
"Jangan macam-macam lo, Za," tegur Alif. Takut temannya melakukan hal yang salah ketika mendatangi Isna dan Nindi yang memiliki kesalahan pada Khanza.
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanFa ✔️
TeenfikceBaca aja dulu :) Fiksi remaja Menyimpan rasa pada lawan jenis memang hal wajar, tetapi cara menyikapi rasa tersebutlah yang harus diperhatikan. Khanza Azzara, perempuan dengan kacamata berbingkai bulat yang selalu membingkai wajahnya itu mulai mer...