"Tidak ada yang salah dengan rasa yang kamu miliki untuknya."
-KhanFa-
Menyukai lawan jenis itu adalah fitrahnya manusia. Bagi anak remaja hal itu termasuk hal wajar. Namun, mereka harus mengontrol perasaan tersebut agar tak krluar dari jalur yang semestinya.
Mengagumi seseorang pun sama. Itu adalah hal wajar. Mengagumi tak selamanya harus pada manusia saja. Kita bisa mengagumi indahnya alam semesta dan lainnya.
Mengagumi seseorang. Kalimat yang sering terdengar oleh kita. Mengagumi tak hanya pada lawan jenis saja, bisa juga pada sesama jenis. Misal, mengagumi kepadaian, ketekunan, kelebihan dan lainnya yang dimiliki seseorang.
Di kelas lain
Faizal nampak fokus membaca tulisan di layar ponsel. Sejak seminggu terakhir ini, laki-laki beralis tebal itu sibuk membaca sebuah cerita dalam aplikasi wattpad. Faizal baru meng-instal aplikasi tersebut seminggu yang lalu. Namun, baru sempat membukanya kemarin.
Membaca sebuah cerita karya Ra_Zara yang ia temukan. Kisah anak remaja yang saling menaruh rasa satu sama lain tetapi tak ada yang mau mengakuinya. Bisa dikatakan ini adalah cerita cinta dalam diam. Faizal memang gemar membaca. Membaca buku sejarah, bisnis dan buku non fiksi lainnya. Baru kali ini, ia benar-benar tertarik pada cerita fiksi.
Faizal tahu siapa penulis cerita tersebut. Siapa lagi kalau bukan Khanza? Kalian ingat tidak? Saat mereka mengerjakan proposal di rumah Khanza? Nah, bermula dari sana, Faizal mengetahui akun dan judul cerita yang Khanza miliki. Awalnya ia tak sengaja meng-klik aplikasi orange di laptop. Di sana terlihat akun Ra_Zara pengikutnya cukup banyak dan ada dua karya. Sejak saat itu Faizal mulai tertarik dan men-download aplikasi tersebut.
Jujur, Faizal kagum pada sosok perempuan yang menurutnya selalu menjaga jarak dan interaksi dengan orang lain. Perempuan pemalu jika tampil di hadapan halayak umun, penurut, hobi menulis dan menurut info yang ia dapat bahwa Khanza tipe orang yang akan jutek jika diajak bicara oleh lawan jenis yang tak dikenalnya.
Poin akhir itu memanglah benar adanya. Terbukti saat Faizal pertama kali menanyakan keberadaan Alif pada perempuan berkacamata bulat itu.
Faizal menghampiri seorang perempuan yang hendak masuk ke dalam kelas. Dengan cepat ia memanggil perempuan tersebut.
"Eh, tunggu!"
Perempuan itu menghentikan langkah dan berbalik. Mendongak menatap Faizal dengan raut wajah terkejut bercampur binggung.
"Teman sekelas Alif?" Pertanyaan tak berbobot itu Faizal lontarkan begitu saja. Khanza mengangguk.
"Dia ada di kelas?" Lagi, Faizal bertanya. Khanza mengedikkan bahu.
"Gak tau," jawab Khanza singkat. Benar juga, pasti perempuan itu tidak tahu karena belum masuk kelas. Oke, kini Faizal bertingkah bodoh di depan Khanza.
"Bisa tolong panggilkan dia?" Lagi-lagi Khanza hanya mengangguk. Kemudian masuk kelas tanpa mengucapkan sesuatu pada Faizal hanya sedikit merundukkan badan seolah mengisyaratkan kata 'permisi'.
Saat itu Faizal berpikir, mengapa perempuan itu irit bicara? Kejutekan Khanza mampu menarik perhatian Faizal. Mulai saat itu, ia sering memperhatikan Khanza jika sedang berinteraksi dengan orang lain.
Laki-laki itu tersenyum mengingat kejadian setahun silam. Bodoh sekali ia saat itu. Antensinya kembali pada layar ponsel. Faizal kagum pada tulisan yang ia baca. Khanza pandai sekali merangkai kata, menyusun setiap adegan bahkan ada beberapa tulisannya yang mengutip ayat Al-Qur'an dan hadist.
Ternyata, Khanza mahir menyalurkan apa yang ia tahu, apa yang dipikirkan dan apa yang ingin disampaikan melalui tulisan. Padahal jika berbicara di depan umum, Khanza akan terlihat gugup.
"Ah, Ya Rabb ... salahkah jika aku mengaguminya?"
"Woy! Mantengin hp mulu." Arya, teman Faizal menggebrak meja membuat Faizal terkejut bukan main sampai ponsel yang digenggamnya hampir jatuh.
"Kaget tau!"
Arya tertawa lepas melihat ekspresi terkejut temannya. "Lagian serius amat. Lagi ngapain, sih?" tanyanya. Laki-laki itu sedikit mengintip apa yang sedang Faizal lihat sampai-sampai tak menyadari kehadirannya.
Faizal langsung menekan tombol mati. Sekejap layar ponsrl mati dan langsung dimasukan ke dalam saku seragam.
"Kepo."
Faizal memilih membaca buku paket di atas meja. Tak mendengarkan ocehan unfaedah Arya.
***
Rafardhan menatap langit-langit kamarnya. Hari ini ia cukup sibuk di sekolah. Pukul setengah enam sore ia baru tiba di rumah.
Bayangan seorang perempuan terlintas di benaknya. Perempuan yang tanpa melakukan apapun mampu menarik perhatiannya.
Dia adalah Khanza Azzara. Perempuan manis yang selalu memakai kacamata bulat itu mampu menarik perhatian seorang Rafardhan. Jika ditanya apakah ia menyukai Khanza maka jawabannya, iya. Kagum? Yaps, rasa kagum juga dirasakannya. Entah apa yang bisa membuatnya tertarik pada seorang Khanza.
Aneh memang. Padahal Khanza tak pernah memberinya perhatian sedikit pun. Sesederhana itu kah rasa sukanya pada Khanza? Ia tahu jika perasaannya tak akan terbalaskan karena pada kenyataannya Khanza tak pernah terlihat memperhatikan ataupun sekedar manampakkan rasa ketertarikannya pada Rafa. Justru malah Ayu‐‐teman Khanza yang dengan blak-blakan menunjukkan rasa suka padanya.
Laki-laki itu mengusap wajah kasar sambil terus beristigfar. Menghe napas panjang.
"Ya Allah ... mengapa harus merasakan rasa berbeda jika melihat atau mengingatnya? Apakah ini wajar?"
***
Ending
Tapi upit alias tipuuuuuuu 🤣🤣🤣🤣
Hayu!
Papale papale bale baleee 🤣🤣🤣🤣Whaha gak, dong. Belum ending 🤣 masih ada beberapa part lagi, kok. Tenang, akan ada kelanjutannya.
Krisar selalu kutunggu. 🙏
Yuk, yang punya aplikasi KBMApp mampir ke cerita Sekra (spesial ramadhan) insya allah update setiap hari jika tidak ada halangan cari di akun Sindinur_
Utamakan membaca Al-Qur'an, ya.
Ngabuburit beli kue putu
Sampai jumpa hari sabtuPapay! See you next part, Insya Allah ....
KAMU SEDANG MEMBACA
KhanFa ✔️
Novela JuvenilBaca aja dulu :) Fiksi remaja Menyimpan rasa pada lawan jenis memang hal wajar, tetapi cara menyikapi rasa tersebutlah yang harus diperhatikan. Khanza Azzara, perempuan dengan kacamata berbingkai bulat yang selalu membingkai wajahnya itu mulai mer...